Renaisans model Indonesia: Keaslian, keberagaman, dan masa depan fesyen

Ditulis oleh Ilman Ramadhanu | Read in English

Mengikuti fashion week belakangan ini terasa lebih menyenangkan berkat munculnya model-model Indonesia yang semakin semarak hadir di panggung peragaan busana internasional.

Rizal Rama debut di pagelaran busana Fendi Fall 2022 menswear dan sejak itu telah menjadi wajah yang populer di ibukota fesyen, memamerkan karya-karya jenama seperti Wooyoungmi dan Comme des Garçons. Pada tahun yang sama, Shahnaz Indira dan Douglas Moore, masing-masing, melenggang untuk Simone Rocha dan JW Anderson.

Rizal Rama | Sumber: @rizal_ramaa / Persona Management / Comme Des Garcon

Generasi baru model-model Indonesia lainnya mengikuti jejak mereka, seperti Viknes Waren yang baru-baru ini berjalan untuk jenama pakaian pria ternama seperti Zegna. Sementara, Jacey Philana memulai kariernya pada musim couture tahun ini dengan Christian Dior dan Valentino.

Sebelumnya, telah secara sporadis muncul model Indonesia di peragaan busana internasional seperti Laras Sekar untuk Y/Project pada 2017. Namun kini, kehadiran model-model Indonesia di panggung global terasa lebih konsisten, yang bisa menandakan kebangkitan industri model Indonesia serta mengisyaratkan pergeseran dalam lanskap industri model.

Faktor penyebab kebangkitan ini

"Tren di industri modeling global saat ini berfokus pada muka-muka baru yang unik, segar, dan autentik yang represent something,” tutur Andhika Dharmapermana, scout dan direktur kreatif Persona.

Persona adalah salah satu agensi model ternama di dunia fesyen Indonesia yang telah menjadi pilihan utama bagi banyak jenama dan desainer lokal sejak berdiri pada 2016. Mereka mewakili model-model seperti Rizal, Viknes, dan Jacey, bersama dengan model-model ternama lainnya seperti Ranti Kusuma.

Para model di bawah naungan Persona Management | Sumber: Persona Management / Fotografer: Ruslan Bergmann

Fokus industri model global saat ini yang lebih memilih model-model yang autentik menempatkan model-model Indonesia dalam posisi yang menguntungkan. Andhika menjelaskan bagaimana, secara kasat mata, orang Indonesia memiliki beragam wajah yang unik dan cerita yang autentik berkat warisan budaya dan latar belakang etnis yang beragam. Ini menjadi poin penjualan yang menarik bagi model-model Indonesia karena merupakan sesuatu yang jarang ditemui dalam dunia fesyen global.

Hal ini menjadi dorongan Persona untuk memasuki panggung internasional. Gerakan ini kemudian difasilitasi oleh media sosial yang, menurut Andhika, telah memudahkan segalanya karena menghilangkan hambatan geografis bagi pencari bakat internasional. "Jarak semakin sempit, waktu semakin biased, jadi tidak ada lagi boundaries dalam modeling antara-negara," jelasnya.

Semua berkembang dari identitas individu 

Fokus industri model terhadap autentisitas ini memperluas jangkauan hal-hal yang diharapkan dari seorang model serta mengubah cara kerja industri model. Sekarang model tidak hanya diharapkan untuk mengetahui cara berjalan atau berpose, tetapi juga memahami identitas mereka dan cara memproyeksikannya melalui personal branding.

Ranti Kusuma menjelaskan bahwa di masa lalu hanya ada beberapa teknik berjalan yang harus dipelajari oleh model. Tetapi sekarang, cara berjalan model telah berkembang menjadi perayaan karakter individu, di mana setiap langkah menjadi refleksi kepribadian sang model.

Ranti Kusuma | Sumber: @rantikusumaa / Persona Management/ Harry Halim

Andhika menjelaskan bahwa di Persona, fokus pada autentisitas model bukan hanya sekadar cara beradaptasi dengan perubahan ini, melainkan juga pendekatan mendasar Persona terhadap modeling. "Kita approach modeling berdasarkan siapa anak itu. Jadi, self-knowledge-nya dulu yang dikembangin."

Autentisitas merupakan sebuah kata yang secara kasat mata mudah dipahami, tetapi sulit dicerna pada tingkat eksistensial. Ini sebabnya mereka menggunakan latihan seperti olah rasa, yang merupakan latihan akting yang memberikan pelepasan katarsis untuk trauma masa lalu dan emosi negatif, sehingga para model bisa mengungkapkan DNA sejati mereka, minat, serta karakter masing-masing.

Tetapi, percuma kalau hanya mengetahui identitas tanpa memahami bagaimana memvisualisasikannya menjadi sesuatu yang nyata. Inilah sebabnya mengapa personal branding adalah proses yang substansial.

Setiap model memiliki kata-kata kunci tertentu yang mewakili mereka. Rizal Rama menjelaskan bahwa kata atributnya adalah misterius, dingin, dan outsider. Deskriptor ini membentuk fondasi yang mendasari cara jalan, pengarahan gaya, dan atmosfer media sosial mereka.

Rizal menekankan bahwa autentisitas seorang model berfungsi sebagai suara mereka dalam industri yang ruang untuk berdialognya terbatas. Autentisitas membuat model menjadi mudah diingat dan diperhatikan. Tanpa pemahaman mengenai diri sendiri, model hanya akan sekadar berjalan tanpa memiliki nilai apa pun.

Mengungkapkan diri secara autentik merupakan hal krusial bagi model untuk beradaptasi dengan pasar yang terus berkembang, karena sekarang setiap model memiliki alam semesta mereka sendiri. Jenama dan desainer juga memiliki identitas masing-masing, dan mereka sering memilih model yang memiliki gaya yang selaras dengan identitas artistik mereka. Hal ini memungkinkan model untuk menciptakan niche unik dalam industri ini.

Paradoks keberagaman

Perbincangan mengenai autentisitas dalam industri model juga mengangkat topik keberagaman. Ini tercermin dalam jajaran model Persona yang mencakup individu dengan warna kulit dan ukuran yang beragam, serta model mature dan non-biner.

Namun, keberagaman dalam industri model sering terasa muncul dengan syarat dan ketentuan yang tersembunyi, sebagaimana terlihat pada representasi model plus-size yang masih terbatas pada Precious Lee atau Paloma Elsesser, jarangya model pria plus-size di panggung high-fashion, serta banyaknya agensi model yang masih menerapkan kriteria fisik yang mengecualikan.

"Model memiliki realitas yang berbeda dibandingkan orang biasa," jelas Andhika ketika ditanya mengenai pendapatnya tentang hal ini. Ide keberagaman, menurutnya, bukan berarti semua orang bisa menjadi model. Tetap ada atribut-atribut tertentu yang tetap diharapkan dimiliki oleh para model, seperti tinggi badan, fitur wajah, atau star power tertentu.

Ini berkaitan dengan industri fesyen yang telah secara historis memasarkan produknya dengan menciptakan standar kecantikan yang aspiratif namun tidak dapat dicapai, dan model merupakan perlambangan dari standar tersebut. Sisa paradigma ini mungkin masih bertahan, meskipun kini persepsi kecantikan telah berevolusi untuk mencakup definisi kecantikan yang lebih inklusif yang dilambangkan oleh model.

Tantangan di masa depan

Keberhasilan para model Indonesia di panggung internasional bertepatan dengan tantangan yang mungkin menghambat perkembangan ini. Salah satunya adalah media sosial yang membawa gelombang influencer yang dapat dibilang mengancam relevansi para model.

Namun, Ranti menjelaskan bahwa model dan influencer beroperasi dalam lanskap yang berbeda. Terdapat proses kreatif di mana model sering terlibat untuk menyampaikan visi desainer dengan memanfaatkan autentisitas mereka sebagai personifikasi dari visi artistik desainer tersebut. Sementara, influencer memanfaatkan pengikut mereka untuk mempromosikan dan menjual produk, dengan visi kreatif yang ditentukan oleh desainer.

Ancaman lain datang dari masa depan, yaitu munculnya model CGI. Sudah mulai muncul model CGI seperti Shudu, yang memiliki 240.000 pengikut dan telah bekerja dengan jenama seperti Louis Vuitton, Ferragamo, dan Fenty.

Baik Rizal maupun Ranti kemungkinan ini dengan santai. "Tidak mungkin menggantikan manusia 100%, jadi menurutku ini akan menjadi another trend aja," jelas Rizal. Keduanya menekankan pentingnya elemen manusia dalam modelling, mengusulkan bahwa masa depan yang didominasi oleh model yang dibuat komputer akan kehilangan jiwa dan, oleh karena itu, menjadi agak membosankan.

Mungkin ada kebenaran di balik sikap santai mereka, karena kenyataannya  adalah bahwa prospek model CGI untuk memiliki efek yang luas masih jauh. Kenyataan yang bisa menjadi fokus kita saat ini adalah industri modelling internasional yang mulai mengetuk pintu kita, dan Andhika menekankan bahwa kita perlu mempersiapkan diri untuk memenuhi permintaan internasional yang semakin pesat ini.


Artikel terkait


Berita terkini