Pentingnya pertimbangan tata kota bagi kesehatan mental dan kreativitas masyarakat kota

Ditulis oleh Haiza Putti | Read in English

Pernahkan kalian menyadari perbedaan rasa dan emosi ketika berada di sudut-sudut yang berbeda, meski berada di kota yang sama?

Kecakapan perancangan sebuah kota tak hanya sekadar membangun akses fasilitas yang baik serta bangunan kota yang indah. Kematangan perancangan sebuah kota secara nyata dapat memberikan dampak emosional bagi masyarakat di dalamnya, menentukan taraf kesehatan mental masyarakat di dalamnya.

Menurut Roger Trancik (1986), perancangan kota adalah usaha untuk membangun struktur ruang-ruang kota untuk menciptakan tatanan keindahan serta rasa kenyamanan. Dalam proses perancangan, struktur utama kota serta karakteristik kearifan lokal di dalamnya tetap dijadikan pertimbangan utama.

Secara internasional, bidang perancangan kota menjadi semakin penting selama tiga dekade terakhir. Namun, di Indonesia baru pada akhir tahun 1980-an bidang ini mendapat perhatian. Dodon Tramidi, dosen prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Winaya Mukti, melihat bahwa pertimbangan peningkatan kesehatan mental nyatanya masih belum menjadi prioritas yang jelas bagi para pembuat kota. Proses perencanaan seharusnya mempertimbangkan ketersediaan ruang aktif, ruang prososial, dan ruang aman.

Aspek-aspek perancangan kota yang berpengaruh

Trancik memaparkan tiga teori utama yang menjadi kunci pertimbangan dalam perancangan kota. Pertama, teori Figure and Ground, yaitu analisa untuk mengidentifikasi pola spasial kota tersebut. Pemahaman pertama tersebut berkaitan erat dengan hubungan sebuah benda (bangunan) dengan lingkungan sekitarnya.

Selanjutnya adalah teori Linkage yang menganalisa garis hubungan antara satu elemen dalam kota, dalam bentuk jalan. Terakhir adalah teori Place, yang menyoroti hubungan sosial antar-manusia dalam sebuah kota. 

Tramidi menjelaskan beberapa aspek yang dapat diolah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota. Pertama adalah pemanfaatan ruang-ruang prososial untuk mendorong interaksi sosial yang positif bagi seluruh pengguna di dalamnya.

Menurutnya, ruang-ruang kota seharusnya memiliki fasilitas yang mendukung interaksi sosial yang positif. Beberapa bentuk perlu dihindari, seperti blok panjang yang monoton dari dinding tanpa ciri yang dapat membuat individu rentan terhadap perenungan (pikiran negatif) dan mengurangi minat mereka akan interaksi sosial.

Selanjutnya adalah akses transportasi dan koneksi. Tramidi menjelaskan bahwa transportasi yang baik membantu proses mobilisasi seefisien mungkin, memiliki akses yang mudah dijangkau dari sudut-sudut di kota, menghubungkan komunitas, dan meningkatkan peluang untuk pendidikan, pekerjaan, rekreasi, dan akses ke alam. Seluruhnya memiliki andil yang penting bagi kesehatan mental.

Sayangnya, infrastruktur transportasi yang kita temui seperti di kota Jakarta didominasi oleh jalan besar untuk mobil. Tramidi menjelaskan bahwa infrastruktur seperti itu dapat memecah belah masyarakat, menciptakan kebisingan, meningkatkan polusi, meningkatkan tingkat bahaya, serta membatasi pilihan transportasi aktif. Perancangan tersebut juga meningkatkan taraf stres para komuter, terutama pengemudi mobil. Taraf stress terendah dapat ditemukan pada para pejalan kaki dan pengendara sepeda.

Image: Unsplash by Affi Kusuma

Perancangan dan pembangunan sebuah kota juga memengaruhi tingkat polusi di udara. Polutan di udara dinyatakan Tramidi memberikan dampak pada kesehatan mental. Setiap 10 g/m3 meningkatkan paparan NO2, yang diasumsikan dapat menggandakan kemungkinan depresi. Selain itu, keterkaitan polusi udara dan gangguan spektrum autistik di kehidupan menyebabkan penurunan kognitif dan psikotik di kemudian hari. 

Demi menghindari peningkatan polutan di udara, sebuah kota seharusnya memiliki ruang hijau dan pepohonan yang cukup untuk menjebak logam berat dan partikel lainnya yang lebih besar. Contohnya adalah pohon Platanus yang ditanam dengan tujuan yang sama di kota London. Selain ruang hijau, perancangan aliran udara melalui kanopi perkotaan juga tak kalah pentingnya.

Hal ini dapat membantu menyebarkan polutan udara dari daerah dengan tapak kaki yang tinggi. Penerapan zona rendah emisi, mengubah rute lalu lintas padat, dan memfasilitasi transportasi aktif menjadi strategi selanjutnya. Tramidi menambahkan, hal ini dapat diatasi dengan merelokasi pabrik industri berat dari daerah perkotaan yang padat penduduk.

Pengaruh perancangan kota terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat

Salah satu kunci penting dalam membangun tata kelola kota yang baik, menurut Tramidi, adalah melalui kesadaran pemegang kekuasaan untuk mengimplementasikan perancangan yang baik yang lebih dari sekadar peraturan dan undang-undang.

“Singkatnya, fokus pada tata kelola menarik perhatian pada organisasi teknis dan/atau birokrasi pemerintah dan negara serta proses dan struktur yang membentuk hubungan kekuasaan, dominasi, dan otoritas yang lebih luas,” ujarnya.

“Proses perancangan kota yang baik menjadi hal yang krusial, mengingat bahwa mayoritas kota memberikan dampak penuh bagi restrukturisasi ekonomi dan di mana proses globalisasi paling terasa,” jelas Tramidi. 

Ia menambahkan bahwa kebanyakan infrastruktur kota yang berjalan selama ini menghadirkan ketimpangan kelas sosial dan ekonomi, menghadirkan pengkotak-kotakan dan jarak di antaranya. Menurutnya, perencanaan kota seharusnya dapat memainkan peran penting untuk mendukung implementasi solusi berbasis alam dan untuk mengelola pertukaran dan konflik, serta bagaimana dimensi keadilan sosial dipertimbangkan.

Dengan perancangan kota yang baik, yang mempertimbangkan pola spasial kota, akses pergerakan dan transportasi serta keterhubungan antar-individu dan komunitas dapat membangun ekosistem perkotaan yang baik. Ini menjadi kunci kesehatan mental maupun fisik serta produktivitas dan kreativitas masyarakat kota.


Artikel terkait


Berita terkini