Ketika seni kripto dan fisik bertabrakan

Read in English

COVER ARTICLE-01.jpg

Dalam dua bulan terakhir, illustrator asal Indonesia Kendra Ahimsa yang menggunakan nama Ardneks mendapat lebih dari 20 laporan tentang plagiarisme yang dilakukan oleh seorang seniman kripto bernama Twisted Vacancy. Ia pun menghubungi Twisted Vacancy melalui Instagram.

“Ada beberapa elemen yang diambil dari ilustrasi saya tanpa modifikasi,” kata Kendra kepada The Finery Report (TFR). Contohnya, elemen gunung dan awan pada ilustrasi di bawah. Ketika ditanya mengenai kemiripan tersebut, Twisted Vacancy berkata, “Iya, saya mengakui dari kita ada missed. Ada 28 orang di Twisted Vacancy. Kesalahan bisa terjadi kadang.”

Ardneks, TV.png

Menurut Twisted Vacancy atau M, Twisted Vacancy adalah persona di dunia maya yang dibangun olehnya di ekosistem blockchain. Dia adalah motor di balik persona itu. “Awalnya Twisted Vacancy ini [muncul] waktu pertama kali NFT merambah ke industri kreatif, ada yang bilang bahwa satu karya seni bisa hidup di blockchain untuk selamanya. Blockchain bisa menyimpan data selamanya,” jelas M saat wawancara dengan TFR.

NFT merupakan singkatan dari non-fungible token, yaitu token unik dan bagian dari aset kripto. Singkatnya, NFT tidak bisa direplikasi. NFT tidak mungkin dijiplak atau diubah setelah dienkripsi di blockchain.

Tidak seperti seniman atau perancang yang menempuh pendidikan formal, M tidak memproduksi elemen-elemen hasil karyanya dari awal. Ia mencari semua elemen dari internet. Elemen tersebut kemudian ditelusuri dan disimpan ke dalam bank asetnya yang bisa dipilih dan digunakan olehnya dan 28 orang anggota timnya.

“Cara kerja kita sendiri, kita itu sebenarnya kerja kita itu pake asset bank. Semua di-outline. Ada kontributornya. Sistemnya karena ini desentral, tidak ada satu kontributor tetap, tidak ada satu role yang tetap di struktur organisasi kita,” kata M. Hasil karya yang mereka produksi terdiri dari sekumpulan aset yang disimpan di dalam bank aset mereka yang kemudian dibuat dengan teknik kolase.

“Sebenarnya mirip sama kolase, cuma kolase itu dari segi teknis itu banyak banget elemen yang tidak tepat diduplikasi sama orang. Kita pake outline, ga pake shading dulu karena lebih gampang bikin satu karya. Kalau untuk warna sendiri kita melalui proses juga. Tidak pernah ada warna Twisted Vacancy. Twisted Vacancy itu sebenarnya master swatch yang di file kita. Kita punya beberapa warna merah yang berbeda, biru yang berbeda.”

Menariknya, tidak ada satu pun anggota tim Twisted Vacancy yang memiliki latar belakang seni. “Basically [kita adalah] tech guy, rata-rata tech guy mengerti soal software. [Mereka] Bisa desain ya karena bisa pake Photoshop karena mereka bukan basic-nya ilustrator atau seniman,” ujar M.

Dalam sebuah wawancara dengan seniman kripto Josephine Bellini pada tahun 2020, di menit ke 4:42 Mario mengatakan bahwa ia sudah berkarya selama lima sampai enam tahun. Ia juga membagikan cerita bagaimana ia belajar menggambar di menit ke 28:30. “Sebenarnya dia teman aku. Dia salah satu ilustrator terkenal di Indonesia. Aku sebenarnya mulai bekerja di perusahaannya sebelumnya. Dulu aku tidak bisa gambar. Ketika jam istirahat makan siang, aku tanya dia ‘maaf, bisa ajarin aku gambar?’ …..Intinya itu bagaimana cara aku belajar gambar ketika jam istirahat.” TFR berusaha menghubungi Bellini, namun belum mendapatkan jawaban.

Sekilas, kedua hasil karya di sampul artikel terlihat seperti dua hasil karya dari seniman yang sama. Keduanya memiliki objek berbeda, tetapi kombinasi warna, komposisi, dan arahan seninya identik. Keduanya bisa dikira sebagai hasil karya dalam sebuah serial dengan satu tema. Akan tetapi, M memiliki pandangan yang berbeda.

“Aku gak melihat kemiripan. The hair is different, the blue is different. Gimana jelasin identity for us gak akan tertukar ini from Ardneks, ini from Twisted Vacancy,” kata M. Sedangkan untuk tuduhan plagiarisme, ia mengatakan bahwa ia tidak mengerti bagaimana sebuah karya bisa terlihat sama atau berbeda satu sama lain. “Sedangkan gue melihat beberapa designer yang gue temui. Mereka body of works-nya beda, ngasih vibes-nya sama,” tuturnya. Beberapa seniman yang ia sebut adalah Toma Vagner dan Yuko Shimizu. “Ini tricky.”

Dalam ranah Undang-Undang Hak Cipta, M berkata, “Kita mainnya slashing, remixing. Kita pertama develop ini udah cukup gali tentang UU Hak Cipta sendiri. Itulah kenapa kita gak pernah pake referensi karya secara full kita taro di bank. Kita taro di bank, kita taburin, kita pecah elemennya sekitar 10%. Ada seni apropriasi yang pake kolase segala macam. Oke kalian split 30% tapi kalau bisa nyoba untuk compose jadi berbeda itu hasilnya beda. Jatuhnya jadi seni apropriasi juga. Itu dasar kita menggunakan ini.”

Pernyatan tersebut hampir serupa dengan pernyataannya kepada Kendra. “Katanya itu tidak melanggar UU Hak Cipta karena hukumnya mengizinkan 10% sampai 20% kemiripan,” kata Kendra.

Menurut pengacara kekayaan intelektual Dani Saraswati, walaupun apa yang dilakukan oleh Twisted Vacancy mungkin tidak secara langsung melanggar UU Hak Cipta karena dia mereproduksi karya Kendra, mengambil ciri khas substansialnya dan membuat karya baru, tetapi karya tersebut dapat dikatakan melanggar hak moral dari karya Kendra. Hak moral dari suatu karya akan terus melekat pada penciptanya secara abadi, seperti yang ditegaskan dalam Pasal 5 UU Hak Cipta. 

“Dapat kita lihat bahwa ciri khas dari karya Kendra sudah dapat diketahui oleh khalayak umum, sehingga publik akan mengidentifikasikan ciri khas ilustrasi dengan gaya seperti itu adalah hasil karya dari Kendra. Apabila kita lihat karya Twisted Vacancy, maka akan terlihat adanya substantial similarity dari karya tersebut dengan karya Kendra. Hal ini dapat menimbulkan pandangan publik bahwa ada suatu pelanggaran hak cipta dan bahwa karya Twisted Vacancy bukanlah suatu karya orisinal,” tuturnya.

Terlebih lagi, kebijakan 10% sampai 20% kemiripan yang disebut di atas didasari atas pelanggaran hak cipta dalam musik. Formula serupa tidak bisa diimplementasikan ke dalam ilustrasi karena elemen-elemen sebuah gambar tidak bisa disamakan dengan jumlah not dan bar dalam sebuah musik. Ditambah lagi, belum banyak kasus pelanggaran hak cipta ilustrasi yang dibawa ke pengadilan, maka dari itu belum ada yurisprudensi atau teori hukum yang bisa dijadikan dasar pertimbangan.

Pasal 44 UU Hak Cipta menyatakan bahwa penggandaan, pengambilan seluruh atau sebagian yang substansial boleh asal tidak untuk kepentingan komersial. “Namun faktanya Twisted Vacancy menggunakan karya-karya tersebut untuk kepentingan komersial,” ucap Dani.

Hasil karya Twisted Vacancy dijual di berbagai platform, seperti SuperRare, Known Origins, dan Async. Salah satu nilai lelang hasil karyanya mencapai lebih dari $46.000. Hasil karya yang baru-baru ini dihasilkan mencakup merchandise.

“Kita masih evolusi. Ketika isu itu di-address, kita taking care seriously. Kita gak mau menyakiti orang. Ketika terjadi, kita akan take down [asetnya],” ucap M. “Kita tidak pernah menggunakan hasil karya Ardneks. Kita memproduksi ulang dengan naratif yang berbeda.”

Langkah selanjutnya bagi Twisted Vacancy adalah merambah ke karya tiga dimensi. Merekrut ilustrator atau perancang termasuk dalam salah satu agendanya ketika ditanya mengenai pengembangan tim. “Goals kita gak cuma hanya menjadi visual artist. Kita mau menjadi artist yang bisa hidup di internet.”


Artikel terkait


Berita