Asal muasal budaya ‘stan’

Read in English

Foto: Shutterstock

Foto: Shutterstock

Stan (kata benda) didefinisikan sebagai ‘penggemar yang terlalu atau sangat antusias dan berdedikasi,’ sementara stan sebagai kata kerja memiliki arti ‘untuk menunjukkan kepenggemaran pada tingkat ekstrem atau berlebihan: menjadi penggemar yang sangat berdedikasi dan antusias terhadap seseorang atau sesuatu,’ menurut kamus Merriam-Webster.

Kata ini bisa dibilang berasal dari lagu ‘Stan’ milik rapper Eminem yang dirilis pada tahun 2000, yang menceritakan tentang seorang penggemar, pria muda bernama Stan, yang menunjukkan obsesi tidak sehat dan berbahaya terhadap sang rapper.

Beberapa pihak berargumen bahwa kata stan berasal dari gabungan kata ‘stalker’ dan ‘fan,’ yang kemudian menjadi sinonim dengan budaya fandom sejak awal. Namun, catatan paling awal mengenai perilaku stan adalah ketika pianis dan komposer asal Hungaria pada abad ke-19, Franz Liszt, meraih popularitas dengan cepat, yang kemudian menciptakan Lisztomania atau demam Liszt.

Artis hip hop Nas juga menggunakan istilah tersebut dalam lagunya ‘Ether’ yang dirilis pada tahun 2001. Sejak saat itu, kata stan mulai menyebar, terutama di kalangan penghuni dunia online; forum, fan club, dan media dengan cepat mengadopsi kata itu dan menjadikannya sinonim dengan fandom.

Penggunaan kata stan masih memiliki konotasi negatif karena istilah ini digunakan untuk menggambarkan penggemar yang dianggap terlalu obsesif, protektif, agresif, dan bersemangat terhadap orang dan/atau sesuatu yang mereka cintai. Konotasi negatif ini kebanyakan datang dari platform media sosial, seperti Twitter dan Tumblr.

Dengan berkembangnya jumlah stan dan perkembangan teknologi, terutama media sosial, lahirlah ‘budaya stan.’ Stan bukan hanya orang-orang yang mengagumi sesuatu, tapi mereka adalah gerakan yang terorganisir. Stan seringkali, dan kebanyakan, mengambil peran sebagai penyelenggara, detektif, media promosi, pelindung, konsumen, serta investor bagi orang-orang atau sesuatu yang mereka sukai, yang umumnya disebut ‘faves.’

Tapi bagaimana seseorang bisa menjadi stan? Ketika ditanya mengapa mereka memutuskan untuk menjadi stan K-Pop, seorang stan muda yang menggunakan nama online ‘Linh’ menyebut koreografi yang menarik yang jarang dilakukan oleh artis internasional lain sebagai alasannya.

Seorang fan lain, dengan inisial ‘G,’ mengatakan bahwa apa yang menjadikannya stan BTS adalah karena rasa cinta yang dia rasakan dari grup itu yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya dari artis lain terhadap penggemar mereka.

Foto: Supernatural dari CW

Foto: Supernatural dari CW

Elmo, seorang stan acara TV populer, Supernatural, bahkan sampai pergi ke Eropa dari Indonesia untuk menghadiri konvensi agar bisa bertemu aktor favoritnya dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan untuk para penggemar.

Stan akan men-stream, membeli, dan mempromosikan musik dan album artis yang mereka gemari dengan cara yang terorganisir, sehingga lagu dan album tersebut bisa menduduki posisi tinggi di tangga lagu dan meningkatkan penjualannya.

Stan juga mengikuti akun media sosial faves mereka, rutin memberi tanda suka dan mengomentari postingan para artis, serta membuat fanart, meme, atau cerita mengenai faves mereka dan saling bertukar canda dengan sesama penggemar dan/atau faves mereka. Stan K-Pop, contohnya, biasanya menciptakan fancam, yaitu video kompilasi pendek faves mereka dan membagikannya, seringkali di bawah tweet atau postingan yang sama sekali tidak ada hubunganya dengan sang artis, untuk mempromosikan faves mereka.

Contohnya, pada April 2019, tagar #7YearsWithEXO, #7ogetherWithEXO, dan #EXO7thAnniversary, yang dibuat untuk merayakan hari jadi EXO yang ketujuh, menempati tiga dari tujuh posisi di daftar tren global.

Stan juga rutin memposting atau membuat tweet untuk meningkatkan kesadaran mengenai aktivitas faves mereka. Belakangan ini, aktivitas ini telah meluas ke kegiatan amal dan isu sosial; mereka mendorong orang-orang untuk berdonasi dan bergabung dengan kegiatan amal dan mendukung gerakan tertentu. Stan sangat ahli dalam menciptakan tagar, tren, tweet berantai, dan bahkan percakapan populer mengenai faves mereka.

‘A.R.M.Y.,’ sebutan bagi basis penggemar grup asal Korea Selatan BTS, berhasil mengumpulkan 1 juta dolar untuk gerakan Black Lives Matter hanya dalam 25 jam.

Namun, ada banyak pandangan negatif yang diasosiasikan dengan menjadi seorang stan, yang berasal dari perang antar-penggemar dan rasa terlalu protektif seorang stan terhadap idola mereka. Hal ini terjadi ketika stan mulai beradu argumen dengan stan artis lain yang mereka anggap sebagai saingan, yang mungkin dirasa menyinggung mereka, atau telah terbukti (atau, di berbagai kasus, ‘dipercaya’) bermasalah secara umum. Perang antar-penggemar juga terjadi ketika stan mencoba untuk membela faves mereka saat mereka terlibat kontroversi atau skandal.

Konotasi negatif dari kata stan, meskipun dianggap tidak adil, bukannya tidak berdasar. Seiring berjalannya waktu, pengaruh dan kekuatan stan tumbuh kian signifikan, sebagian karena dukungan dari faves mereka, bahkan ketika para stan berperilaku tidak wajar dan mulai menyerang orang lain tanpa kendali.

Sebagai contoh, penggemar ‘Game of Thrones’ tidak puas dengan perkembangan cerita pada musim kedelapan. Mereka sampai memulai petisi untuk membuat ulang musim delapan “dengan penulis skenario yang kompeten,” yang menerima lebih dari 1.7 juta tanda tangan.

Stan, ketika membela faves mereka, terkadang akan berubah menjadi perundung yang tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan kritik mereka berubah menjadi ancaman kematian.

Huffington Post melaporkan bahwa menulis bahwa penulis lepas asal Toronto, Wanna Thompson, yang banyak menulis tentang hip hop, menyadari hal ini pada musim panas ketika dia mengunggah sebuah tweet yang sedikit mengkritik musik Nicki Minaj. Tanggapan dari para penggemar rapper itu bukanlah komentar mengenai musik atau budaya; komentar-komentar tersebut merupakan argumen yang tidak masuk akal. Berbagai hinaan dan serangan ditujukan kepada Thompson, bukan hanya di Twitter, tapi juga di Facebook, Instagram, melalui email, serta ke email pribadinya. Beberapa melampirkan foto anak gadisnya yang berusia empat tahun. Yang lainnya menyuruhnya bunuh diri. Nicki Minaj sendiri bahkan ikut serta menyerang Thompson.

Stan ‘Star Wars,’ yang bisa dikatakan salah satu stan waralaba film terbesar, memposting dan membanjiri Kelly Marie Tran dengan begitu banyak kebencian. Mereka memposting komentar rasis dan menghina, yang membuatnya meninggalkan media sosial setelah diserang selama berbulan-bulan.

Namun, tidak semua stan memiliki pola pikir budaya stan yang sama. ‘G’ menganggap bahwa ide penggemar toxic sangat memuakkan. “Saya percaya bahwa tidak apa-apa kalau kita tidak menyukai atau tidak setuju dengan sesuatu, tapi toxicity dan bullying itu tidak diperlukan.”


Artikel terkait