Ketika astrologi menjadi strategi pemasaran

Ditulis oleh Fany, Nikita Purnama | Read in English

Pada 2018, Colourpop berkolaborasi dengan influencer kecantikan Kathleen Lights untuk membuat palet eyeshadow bertema zodiak. Dior pada 2019 meluncurkan koleksi perhiasan bertema zodiak beserta koleksi aksesoris yang terdiri dari, antara lain, scarf dan sepatu. Sekitar pertengahan 2021, Spotify meluncurkan daftar putar cosmic yang menyusun daftar putar perorangan berdasarkan bagan audio kelahiran setiap pengguna.

Selain produk bertema zodiak, tren lain yang muncul adalah maraknya aplikasi zodiak seperti Co-Star dan The Pattern. Menurut Sensor Tower, sebuah perusahaan pelacak aplikasi, aplikasi astrologi di pasar Amerika Serikat (AS) membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 64,7% menjadi hampir $40 juta pada 2019.

Menurut Google Trends, penelusuran untuk "bagan kelahiran" dan "astrologi" mencapai puncak lima tahunan pada 2020. Selama pandemi Covid-19, banyak konten zodiak diperkenalkan kepada pendatang baru di TikTok, aplikasi dengan pertumbuhan tercepat tahun itu. Astrolog asal Kanada Charm Torres percaya bahwa astrologi memiliki cara untuk membuat orang lebih terhubung dengan kehidupan dan sesuatu yang lebih besar.

Berbagai kajian menunjukkan bahwa astrologi dapat sangat memengaruhi dan bahkan memvalidasi konsep diri seseorang, serta meningkatkan kepastian mereka tentang atribut pribadi mereka. Singkatnya, astrologi mendorong refleksi diri untuk memungkinkan individu untuk memahami diri sendiri dan lingkungan mereka dengan lebih baik.

“Menurut saya, banyak orang sering sepakat dengan astrologi karena entah kebetulan atau tidak, ramalannya mirip dengan kondisi dan karakter mereka. Itu yang saya suka tentang astrologi. Saya merasa semuanya masuk akal,” kata Rafifa Nur Shabira (21), mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN).

Sederhananya, astrologi adalah ilmu semu yang mempelajari pergerakan dan posisi benda-benda langit yang diklaim memengaruhi urusan manusia dan peristiwa terestrial. Dengan seperangkat keyakinan itu, astrologi sering kali juga berjalan berdampingan dengan aliran ramalan.

Putri Diana adalah salah satu tokoh yang percaya akan kekuatan benda-benda langit. Dia bahkan berkonsultasi dengan peramal Debbie Frank. Mereka mengenal satu sama lain melalui salah seorang klien Frank pada 1989. Saat itu, banyak tokoh publik seperti politisi Ronald Reagan dan aktor Sylvester Stallone yang berkonsultasi dengan astrolog untuk membantu mereka dalam pengambilan keputusan publik dan pribadi.

Meski banyak yang memasuki ranah astrologi dengan berbagai tingkat skeptisisme, peradaban maju telah mengandalkannya selama ribuan tahun. Astrologi dengan sistem terorganisir yang paling awal ditemukan di peradaban Babilonia dari milenium ke-2 SM. Peradaban Babilonia Lama menyusun karya-karya astrologi dan referensinya dalam “Enuma Anu Enlil”, rangkaian yang terdiri dari 70 tablet yang berasal dari abad ke-16 SM.

Saat itu, masyarakat Babilonia menganggap peristiwa langit sebagai semacam pertanda. Sekitar 1046 SM, peradaban Cina membuat sistem astrologinya sendiri.

Aliran tersebut kemudian menyebar ke Mesir Helenistik di mana astrologi Babilonia dikombinasikan dengan astrologi Decanic Mesir untuk membuat astrologi horoskopik. Kata “horoskop” berasal dari kata dalam bahasa Yunani ōra, yang berarti “waktu”, dan scopos, yang berarti “pengamat”. Horoskop pada dasarnya adalah metode ramalan yang menghubungkan peristiwa dan titik waktu yang diwakilinya.

Indonesia juga memiliki sejumlah sistem astrologi. Salah satu sistem yang paling populer adalah primbon Jawa, sebuah naskah kuno yang berisi pedoman hubungan antara urusan manusia dan alam semesta.

Beberapa informasi dalam primbon adalah pranata wangsa, ajaran untuk “membaca” alam semesta. Bagian ini mengajarkan manusia tidak hanya untuk menghitung hari untuk mengarungi laut dan bertani, tetapi juga untuk menghitung kecocokan untuk semua hal, bahkan untuk kebutuhan pernikahan. Sementara, pakuwon mengajarkan tentang menemukan waktu terbaik, baik untuk pernikahan atau bahkan perdagangan, berdasarkan waktu dan hari ulang tahun seseorang.

Sebagai komunitas pelaut di masa lalu, astronomi dan astrologi sangat penting bagi mata pencaharian masyarakat Bugis-Makassar kuno. Hal ini terlihat dari salah satu naskah kuno mereka, lontara Pananrang, yang berisi informasi tentang sistem penanggalan yang digunakan dalam masyarakat tersebut sebelum abad ke-18. Ada juga lontara Pangisenggeng yang mencatat detail peristiwa langit dan bumi serta signifikansinya bagi penghidupan masyarakat.

Masyarakat mungkin tidak lagi bergantung pada astrologi untuk mata pencahariannya, tetapi bahkan sampai saat ini, horoskop masih menjadi topik populer dalam kehidupan sehari-hari. Dalam beberapa kasus tertentu, ada yang merefleksikan kepercayaan mereka terhadap astrologi sampai-sampai mereka menyeleksi orang-orang dengan zodiak tertentu untuk pekerjaan profesional.

Misalnya, ada beberapa perusahaan yang menyatakan bahwa lowongan pekerjaan mereka terbuka untuk semua zodiak, meski mereka memprioritaskan beberapa zodiak tertentu. Ada pula karyawan bagian HR yang menerapkan penilaian pribadinya tentang orang-orang dengan zodiak tertentu untuk menyaring pelamar kerja, meski perusahaan itu tidak menerapkan kebijakan rekrutmen berdasarkan zodiak. Sebagai ilmu semu, kekuatan astrologi masih cukup dipandang dalam masyarakat modern kita, dan keberadaannya tidak dapat disangkal.

Beberapa perusahaan menggunakan profil kepribadian astrologi untuk memetakan semua karyawan sehingga manajemen dapat selaras dengan semua siklus mereka. Misalnya, Clever, agen pemasaran influencer, yang menggabungkan tes MBTI dengan astrologi tradisional untuk membuat Astrologi Kantor. Menurut CEO Cat Lincoln, Astrologi Kantor mempermudah perusahaan mengklarifikasi berbagai hal, yang membantu mereka menghindari segala jenis kesalahpahaman.

Pertumbuhan eksponensial astrologi membuka kesempatan untuk dikapitalisasi. Ini dikenal sebagai pemasaran astrologi. Salah satu cara paling umum bagi sebuah merek untuk memanfaatkan tren adalah dengan menciptakan produk atau layanan bertema astrologi. Contohnya, beberapa merek internasional yang disebutkan di awal artikel ini.

Foto: The Lunar Gloss dari Syca

Perusahaan lokal juga ambil bagian dalam tren tersebut. Merek kecantikan Syca pada September meluncurkan koleksi lip gloss yang dinamakan The Lunar Gloss yang terinspirasi oleh astrologi. Menurut salah satu pendirinya, Pamela Wirjadinata, Syca memutuskan untuk membuat produk bertema astrologi karena topik itu menjadi perbincangan hangat. Selain itu, menarik untuk mengetahui karakter seseorang berdasarkan zodiak atau lebih dalam dengan astrologi.

Perhiasan bertema astrologi juga populer selama bertahun-tahun mengingat perempuan ingin memakai perhiasan yang unik. Astrologi juga menawarkan perempuan pengakuan yang mereka dambakan, yaitu rasa dimengerti. Salah satu jenama perhiasan Indonesia yang telah meluncurkan perhiasan bertema astrologi adalah Adelle. Awalnya, Adelle meluncurkan 12 liontin binatang bertema shio China. Setelah sukses dengan koleksi tersebut, Adelle kemudian meluncurkan koleksi liontin dengan tema astrologi.

Menurut desainer perhiasan Brooke Gregson, astrologi memiliki daya tarik universal karena menciptakan hubungan pribadi antara perhiasan dan pemakainya. Zodiak sangat personal dan mewakili waktu kelahiran seseorang, sehingga dapat bercerita lebih dalam tentang kepribadian seseorang.

Terlepas dari meningkatnya popularitas astrologi, penjualan produk kecantikan tidak selalu melonjak. “Sejujurnya, jika Anda mengatakan ada lonjakan drastis selama kampanye astrologi kami, sebenarnya tidak. Menurut saya, entah produknya tidak cocok di pasaran atau karena gelombang kedua pandemi, kampanye astrologi sepertinya hanya disukai oleh orang-orang yang memang tertarik dengan astrologi,” kata Pamela.

Hal serupa juga berlaku untuk aplikasi dan servis. Rafifa mengatakan bahwa meski tertarik dengan astrologi, dia tidak membeli produk bertema astrologi. Dia hanya menggunakan layanan astrologi seperti aplikasi The Pattern yang memberi pengguna pembacaan astrologi yang dipersonalisasi berdasarkan bagan kelahiran mereka. Meski begitu, Rafifa tidak sepenuhnya percaya dengan aplikasi tersebut.


Artikel terkait


Berita