Penggunaan “Wonderful Indonesia” sebagai instrumen multitrack diplomacy Indonesia guna meningkatkan sektor pariwisata

Ditulis oleh Nabila Hanun

Nabila Hanun adalah mahasiswi jurusan Hubungan Internasional dan penulis Pre-Event of Journey To Harmony Vol. 10. Journey To Harmony, acara yang diadakan dua kali setahun oleh Kementrian Luar Negeri BEM FISIP Universitas Brawijaya.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang diapit oleh dua samudera dan dua benua. Dengan lokasi geografisnya yang strategis itu, membuat Indonesia kaya akan potensi sumber daya alam yang eksotis. Selain sumber daya alam yang eksotis, Indonesia juga kaya akan berbagai macam suku, budaya, dan bahasa. Dari sumber daya alam yang eksotis seperti pantai dan laut serta keanekaragaman budaya yang dimiliki, membuka peluang Indonesia di bidang pariwisata. Bidang pariwisata sendiri masuk ke dalam kategori industri kreatif di Indonesia. Oleh sebab itu, penting untuk meningkatkan sektor pariwisata Indonesia. Hal ini dikarenakan dari sektor pariwisata tersebut dapat membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar destinasi wisata, meningkatkan nilai atau citra suatu wilayah, serta mendorong revitalisasi suatu wilayah geografis yang telah kehilangan daya tariknya (Kemenparekraf, 2015). 

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia sendiri memiliki program untuk mendongkrak sektor pariwisata Indonesia. Program tersebut bernama “Wonderful Indonesia” yang dirancang oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2011, Jero Wacik. “Wonderful Indonesia” merupakan pergantian brand pariwisata Indonesia yang semula bernama “Visit Indonesia” (Mushaf, 2017). Tujuan dari pergantian brand ini adalah untuk menguatkan citra pariwisata Indonesia, dimana wisatawan mancanegara tidak hanya diajak untuk berkunjung ke Indonesia, tetapi juga disuguhi oleh pariwisata Indonesia yang mengagumkan. Bahkan di tahun 2020 sendiri, Wonderful Indonesia dinobatkan sebagai “Best Creative Destination” dalam ajang Creative Tourism Awards 2020. Indonesia berhasil mengalahkan 76 nominasi destinasi wisata lain dari seluruh dunia. Saat ini, diketahui pemerintah sedang fokus untuk mengembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif di lima destinasi super prioritas Indonesia. Lima destinasi super prioritas tersebut yaitu Danau Toba, Likupang, Candi Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo (Nanien Yuniar, 2021). Wonderful Indonesia juga digunakan oleh Pemerintah Indonesia sebagai salah satu instrumen diplomasi, khusunya multitrack diplomacy. 

Diplomasi yang dilakukan Indonesia dalam upaya meningkatkan pariwisata Indonesia di kancah Internasional bertujuan untuk mempromosikan potensi pariwisata Indonesia tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja. Berbagai kalangan juga turut serta berpartisipasi dalam mempromosikan pariwisata Indonesia seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lembaga-lembaga swasta, kelompok pengusaha, pengrajin, UMKM, media, hingga warga negara sebagai individu (Mushaf, 2017). Beberapa ahli mengungkapkan bahwa terdapat tujuh kategori wisata minat yang diprioritaskan, antara lain alam dan ekowisata, sejarah dan warisan, olahraga dan rekreasi, pesiar, belanja dan kuliner, spa dan kesehatan, serta MICE (Meeting Incentives, Conventions, and Events). Namun, Indonesia juga menghadapi tantangan dalam hal aksesbilitas saat mempromosikan pariwisatanya, seperti transportasi, akses jalan yang kurang memadai dan sulit hingga dapat meningkatkan biaya perjalanan.

Implementasi multitrack diplomacy Indonesia melalui “Wonderful Indonesia” dilakukan dengan berbagai elemen, mulai dari government, non-government, business, privat citizen, research, training, and education, serta melalui communications and media. Mari kita bedah satu-satu. Diplomasi Indonesia melalui government dimulai dengan peluncuran “Wonderful Indonesia” secara resmi dalam forum internasional, yaitu Forum Menteri Pariwisata ASEAN pada tanggal 17-18 Januari 2010 di Kamboja. Lalu, Pemerintah Indonesia juga memproduksi sebuah film petualangan yang berjudul “Kohlanta” yang mengajak produser film asal Eropa. Selain itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Bersama KBRI London berupaya untuk menjaring wisatawan asal Inggris dalam sebuah pameran wisata World Tourism Market (WTM) di tahun 2012.

Elemen yang kedua yaitu melalui non-government. Diketahui bahwa terdapat keterlibatan pihak-pihak di luar pemerintah Indonesia yang turut berkontribusi dalam mengkampanyekan “Wonderful Indonesia” yaitu Asosiasi Australia Indonesia, Flinders University dan Adelaide City Council. Ketiga pihak tersebut menyelenggarakan Indonesia Fest (Indofest) yang mendapatkan sambutan baik dari Kementerian Pariwisata Indonesia. Elemen yang ketiga yaitu melalui kegiatan bisnis. Hal ini diterapkan dalam penyelenggarakan rutin Indonesia Fashion Week sejak tahun 2012. Event ini merupakan hasil kerjasama empat kementerian dengan sejumlah desainer dan pelaku bisnis fashion Indonesia dalam usaha mengembangkan budaya lokal (Mushaf, 2017).

Diplomasi Indonesia melalui private citizen salah satunya dilakukan oleh seniman musik Indonesia yang disponsori oleh Kementerian Pariwisata dengan mengadakan festival Dreamfields di kawasan Garuda Wisnu Kencana Cultural Park Bali pada 15 Agustus 2015. Selanjutnya yaitu melalui instrumen research, training, and education. Dimana Indonesia menggelar Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) yang berlangsung pada 28 Oktober sampai 1 November 2015 di Taman Baca, Restoran Indus, dan Museum Naka, Ubud. Gelaran ini bertemakan “17.000 Islands of Imagination”. Acara ini diisi dengan diskusi panel, workshop, peluncuran buku, dan pemutaran film (Mushaf, 2017). Yang terakhir yaitu diplomasi Indonesia melalui communications and media. Dari instrumen ini salah satu yang dilakukan Indonesia ialah melakukan kerjasama antara Kementerian Pariwisata Indonesia dan Google untuk mempromosikan pariwisata Indonesia di mancanegara.

Dampak yang dirasakan sektor pariwisata Indonesia setelah melakukan berbagai upaya diatas antara lain meningkatnya devisa negara. Hal ini dilihat dari meningkatnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia selama periode 2011 sejak peluncuran branding “Wonderful Indonesia” hingga tahun 2015. Gelaran Indonesia Fashion Week juga menunjukkan keberhasilan dengan adanya permintaan produk fashion dari Swedia dan Jepang. Selain itu, Kementerian Pariwisaya mengatakan pada 1 Januari 2016 bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia sepanjang bulan Januari hingga Oktober 2015 secara keseluruhan berjumlah 8.017.589 orang. Angka ini bertambah sebesar 2 juta pada bulan November dan Desember. Capaian kunjungan 10 juta wisatawan ini menghasilkan devisa sebesar USD 11,9 miliar atau Rp. 163 triliun (Mushaf, 2017). Hal ini membuktikan bahwa penggunaan “Wonderful Indonesia” dalam multitrack diplomacy Indonesia berhasil dalam mempromosikan dan meningkatkan sektor pariwisata Indonesia.


Daftar Pustaka

Kemenparekraf. (2015). Peluang dan Tantangan Pengembangan Kepariwisataan di Indonesia. Kemenparekraf. https://kemenparekraf.go.id/post/peluang-dan-tantangan-pengembangan-kepariwisataan-di-indonesia

Mushaf. 2017. “Diplomasi Indonesia Melalui Kampanye Wonderful Indonesia Dalam Meningkatkan Pariwisata Indonesia Di Dunia Internasional Tahun 2011-2015.” Journal of Chemical Information and Modeling 8(9): 1–58.

Nanien Yuniar. (2021, February 6). Wonderful Indonesia dinobatkan sebagai “Best Creative Destination.” Antara News; ANTARA. https://www.antaranews.com/berita/1984988/wonderful-indonesia-dinobatkan-sebagai-best-creative-destination



Keterangan: Pendapat yang dikemukakan di artikel ini tidak selalu mencerminkan pendapat TFR. Semua opini merupakan milik penulis


Artikel dari TFR