Transformasi pakaian tradisional: hanbok Korea Selatan

Ditulis oleh Lara Dianrama and Kezia Pribadi | Read in English

Pakaian tradisional, sama seperti instrumen kebudayaan pada umumnya, berubah seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi. Apa yang dikenakan manusia di peradaban awal akan sangat berbeda dengan apa yang kita kenakan sekarang. Meski begitu, sebagai identitas sebuah negara, pakaian tradisional akan tetap memiliki ciri khas sebuah kebudayaan sebagai bagian dari usaha pelestarian.

Sama halnya dengan Indonesia yang terus berusaha melestarikan kebaya, Korea Selatan pun terus berusaha untuk tetap melestarikan apa yang menjadikan pakaian tradisional mereka, hanbok, sebagai ciri khas negara mereka.

Hanbok adalah pakaian tradisional Korea Selatan yang terdiri dari dua bagian; bagian atas yang disebut jeogori, dan bagian bawah untuk pria berupa celana baggy yang disebut baji, dan untuk perempuan berupa rok panjang yang disebut chima.

Hanbok dahulu merupakan pakaian yang dikenakan sehari-hari oleh masyarakat Korea Selatan. Namun, dengan masuknya pengaruh budaya lain, pergeseran pun terjadi. Elemen kenyamanan dalam pakaian Barat pada awal abad ke-20 dimasukkan untuk meningkatkan hanbok ke dalam fondasinya. Sejak saat itu, hanbok dikenal sebagai pakaian formal yang dikenakan hanya pada waktu-waktu tertentu saja.

Pada 1980an, muncul gerakan untuk merebut kembali pakaian yang sudah menghilang dari kehidupan sehari-hari. Namun, gerakan ini gagal menjadi fesyen arus utama.

Tetapi, sama seperti di Indonesia, pada akhirnya di Korea Selatan pun kini banyak desainer yang mulai fokus pada transformasi hanbok. Bukan saja sebagai usaha pelestarian, tapi juga sebagai usaha untuk memperkenalkan pakaian tradisional mereka kepada dunia.

Merek-merek kontemporer seperti Modern Hanbok milik Korean in Me dan Kim Me Hee telah menggabungkan desain tradisional dalam pakaian upscale modern mereka. Lee Young–hee memperkenalkan dunia fesyennya ke tingkat internasional dengan desain yang mengkombinasikan elemen Barat dan Korea. Pemerintah Korea Selatan juga mengambil bagian dalam melestarikan hanbok dengan mensponsori desainer fesyen.

Berbagai varian hanbok pun bermunculan, mulai dari hanbok bertema standar hingga hanbok kontemporer. Model jeogori pada zaman modern dibuat agar terlihat seperti jaket, sedangkan chima dibuat dengan panjang beragam, mulai dari panjang, sedang, hingga pendek.

Foto: perempuan dan pria mengenakan hanbok

Tren hanbok

Hanbok menjadi trending topik beberapa kali di Twitterverse setelah grup BTS mengenakan hanbok karya desainer hanbok terkenal Baek Oak-soo dalam video musik untuk lagu mereka “Idol”. BTS dikenal aktif mengadvokasi desainer Korea Selatan, sering mengenakan pakaian dan aksesoris dari merek-merek lokal, bahkan merek-merek kecil. Hanbok yang dikenakan BTS adalah mantel, dikenakan selama periode Goryeo dan Joseon – dopo yang terbuat dari kain hitam sederhana berlapis emas dipasangkan dengan t-shirt hitam dan sepatu kets, menciptakan tampilan kasual yang santai. 

BLACKPINK pada 2020 merilis video musik “How You Like That” yang menuai respon positif. Pakaian yang dikenakan oleh grup tersebut menggabungkan banyak elemen dan jenis hanbok – burung phoenix lambang keluarga kerajaan hingga dopo (biasanya dikenakan oleh pria militer).

VIXX menggunakan hanbok tradisional dalam video musik mereka “Shangri-La” yang menjauh dari komponen asli jeogori yang menggantung dan menempel. Grup ini mengenakan atasan terstruktur mirip setelan jas. Untuk mempertahankan tradisi, mereka menggunakan norigae, liontin hias tradisional yang digantung di pinggang mereka.

Foto: BTS mengenakan hanbok rancangan Baek Oak-soo di musik video “Idol”

Elemen hanbok

Hanbok adalah pakaian yang dibuat dengan siluet ruang dan bergelombang, dijahit dengan cara melengkung agar pemakainya dapat bergerak bebas tanpa kendala. Siluet yang unik dan garis yang mengalir memberikan ruang tanpa mengurangi martabat dan keanggunan.

Selain karena bentuk dan lapisannya yang rumit, hanbok juga mahal, sehingga kebanyakan dipakai selama perayaan pernikahan, ulang tahun, dan acara-acara penting lainnya.

Hanbok memiliki tiga elemen utama: pakaian dalam, jeogori, dan baji atau chima. Namun, hanbok kontemporer dapat dipakai sebagai satu atau bagian terpisah. Elemen utama tidak terbatas pada kedua jenis kelamin – perempuan juga dapat mengenakan celana jika mereka ingin melakukannya.

  • Siluet

    Siluet hanbok yang bergelombang masih sangat dipertahankan dalam hanbok modern. Satu-satunya perbedaan adalah jauh lebih fleksibel dan ada lebih banyak pilihan.

    Hemline jeogori dulunya dibentuk bergelombang, namun belakangan ini sering didesain dengan bentuk lurus karena adanya pengaruh Barat. Hanbok post-modern memiliki lengan set-in.

  • Bahan

    Hanbok tradisional terbuat dari katun, muslin, sutra, dan satin yang memiliki lebih banyak lapisan. Versi modernnya terbuat dari berbagai tekstil, seperti poliester, kasmir, kulit, denim, dan bahkan pencetakan tekstil digital.

  • Pola

    Pola hanbok umumnya telah ditandai melalui unsur-unsur alam seperti bunga peony dan teratai. Naga, phoenix, serta bangau dan harimau dikenakan hanya oleh bangsawan. Dengan mengacu pada hanbok kontemporer, hiasan tidak terbatas hanya pada sulaman yang dijahit tangan, tetapi juga termasuk manik-manik dan kristal.

Tradisi vs kontemporer modern

Tradisi sehari-hari, tren fashion dunia, dan waktu terus bergerak maju. Hanbok tradisional juga telah berkembang sepanjang sejarah. Meninggalkan jejaknya di dunia modern, elemen khas hanbok dan filosofi kuno dipertahankan bahkan pada masa sekarang.

  • Warna

    Secara tradisional, hanbok dibuat melalui proses yang rumit oleh perajin yang mencelup kain dengan tangan. Warna-warna cerah adalah atribut hanbok karena dikaitkan dengan lima elemen teori yin-yang: biru, merah, hitam, putih, kuning. Sesuai tradisi, warna melambangkan posisi sosial dan status perkawinan seseorang.

    Namun, seiring berjalannya waktu dan penafsiran kembali hanbok, warna dan pewarna diperkenalkan ke hanbok. Sekarang desainer memiliki kebebasan untuk memasukkan pewarna dan variasi warna yang berbeda, tidak lagi dibatasi atau diberi label untuk sekelompok orang tertentu. Pilihan mereka tidak terbatas – lembut dan segar atau berani dan eklektik.

  • Cara pakai

    Selama lebih dari 200 tahun, hanbok diikat dari sisi kanan, tetapi belakangan ini beberapa hanbok diikat dari kiri.

    Beragam gaya hanbok tradisional telah diadaptasi, namun ini bisa membuat identifikasi elemen tradisional menjadi sulit. Namun, pada masa sekarang, dinamika progresif hanbok terbalik. Dengan adopsi pola Barat, nilai dan signifikansi elemen-elemen hanbok ditangkap dengan cara yang berbeda. Dengan penggunaan pola Barat, hanbok dimaknai dengan cara yang berani namun tetap bergaya.

Hanbok modern juga dikenal sebagai hanbok gaeryang, yang berarti hanbok “direformasi/ditingkatkan”, yaitu versi modifikasi dari hanbok tradisional. Ini jauh lebih mudah diakses dan ramah pengguna.

Hanbok gaeryang dipelopori oleh beberapa desainer kontemporer Korea Selatan. Mereka mengambil langkah maju dalam mendiversifikasi bahan untuk menunjukkan keindahan yang rumit dan kain tradisional dengan cara menjembatani hubungan antara yang lama dan yang baru.

Pembaharuan hanbok merupakan peleburan pengaruh Barat dan pengaruh lainnya dengan mengambil elemen hanbok tradisional seperti panjang rok atau celana, kain dan bahan, hiasan, pola, serta warna. Daya tarik hanbok masa kini adalah tampilannya yang tidak biasa.

Untuk menonjolkan dan merangkul tradisi dan modernitas, hanbok kontemporer saat ini dapat dikenakan sehari-hari. Ini adalah cara untuk mengintegrasikan warisan Korea Selatan dalam dunia mode saat ini. Semua sambil mempertahankan nilai-nilai tradisional, pesan, dan semangat tradisi Korea Selatan.

Visi generasi baru adalah tentang memodifikasi pakaian tradisional historis untuk bertahan dengan konsep minimalis - sesuatu yang lebih mudah dipakai. Transformasi tersebut masih diterima secara budaya, namun tetap menunjukkan ketenangan, kehangatan, dan kemudahan yang merupakan karakteristik kecantikan Korea Selatan.

Foto: hanbok modern dari Unsplash

Perancang hanbok ternama

Upaya yang terus berkembang untuk memodernisasi hanbok untuk dipakai sehari-hari bukan hanya gerakan sementara. Park Mi-yeon, seorang pionir desainer hanbok, dengan labelnya Armi menampilkan gaya kasual dalam desain hanboknya, karena dapat dipasangkan dengan celana, jeans, dan dilengkapi dengan apa yang diinginkan pemakainya. Armi mencitrakan dirinya sebagai merek yang santai dan tidak konformis.

Im Seonoc adalah salah satu perancang terkemuka yang telah mengubah cara tradisional tradisi Korea Selatan. Desain-desainnya didasarkan atas pakaian kontemporer universal dan kepraktisan yang dikaitkan dengan keunikan hanbok. Ia menggabungkan gaun sehari-hari modern yang ditata mirip dengan hanbok tradisional. Beberapa desain Im Seonoc antara lain kemeja katun putih, bolero, jaket spencer dan rok karet gelang serta celana baggy. Penggunaan tekstil seperti neoprene dan poliester tekan membuat jahitan lebih sedikit diperlukan karena kain dapat dengan mudah dirangkai dengan lem. Pola pada gaun menyiratkan Matahari dan Bulan dan lima puncak (Irworobongdo) dengan garis hitam putih sederhana.

Perancang kontemporer lainnya adalah Arumjigi dengan mereknya RE;CODE yang memiliki misi untuk menceritakan kisah budaya Korea Selatan dengan tujuan untuk menyampaikan pesan yang melampaui mode. Arumjigi mengumpulkan hanbok yang disumbangkan melalui kampanye “Hanbok Leaving Outside”. Dengan satu pertanyaan dalam pikiran: “Bagaimana kita bisa mengubah hanbok menjadi sesuatu yang cocok untuk kehidupan modern?” mereka membentuk solusi untuk meminimalkan fitur hanbok tradisional yang tidak praktis dengan membongkar jeogori, drumagi, dan magoca.

Para desainer kontemporer telah membuat perubahan signifikan saat menggabungkan motif klasik – mengintegrasikan pola dan struktur tradisional dalam kain, termasuk tekstur. Hanbok juga telah memengaruhi desainer Barat, membuatnya terkenal di kancah internasional melalui peragaan busana pekan mode.

Seiring berjalannya waktu dan mengingat perubahan tidak bisa dihindari, hanbok terus diciptakan kembali dengan cara yang mempertahankan warisan budaya, tidak hanya berharga untuk nilai sejarah dan prestise kepentingan artistik Korea Selatan, tetapi juga telah menjadi sesuatu yang tidak terkandung dalam monolit definisi tetapi penggambaran budaya yang berlimpah yang dapat dirayakan oleh generasi mendatang.


Artikel terkait


Berita