Mantan karyawan, karyawan, dan pelanggan berbicara mengenai Fabelio

Read in English

Didirikan enam tahun lalu, perusahaan furnitur Fabelio dimulai sebagai perusahaan rintisan yang menyediakan furnitur berkualitas baik dengan harga terjangkau. Perusahaan mencatat pertumbuhan yang mengesankan dengan lebih dari 20 toko ritel atau ruang pamer serta merambah ke layanan desain interior untuk klien yang ingin membangun ruang yang dipersonalisasi.

Untuk mendorong pertumbuhan, perusahaan telah meraih pendanaan senilai total $19 juta dari 10 investor. Putaran investasi terakhir adalah pendanaan Seri C pada tahun 2020.

Setahun setelah pendanaan Seri C-beberapa minggu yang lalu, tepatnya-, tuduhan terhadap salah urus perusahaan mulai beredar di media sosial. Aplikasi FOMO adalah yang pertama yang membagikan bocoran anonim dari terduga karyawan perusahaan.

Bocoran tersebut mengatakan bahwa perusahaan belum membayar karyawannya sejak Oktober. Selain itu, perusahaan belum membayar jaminan sosial (BPJS Ketenagakerjaan) karyawan sejak 2020, tetapi tetap memotong dana tersebut dari gaji mereka.

TFR pertama kali menghubungi mantan karyawan Fabelio untuk mengonfirmasi tuduhan tersebut. Tudingan itu memang benar adanya. Menurut Reni (bukan nama sebenarnya), ada banyak masalah di dalam perusahaan.

“Kami seharusnya mendapatkan gaji tanggal 25 setiap bulannya sesuai dengan kontrak. Namun, pada bulan pertama saya bekerja di sana, saya menerima email blast pada tanggal 24 yang menginformasikan bahwa pembayaran gaji akan dipindahkan ke tanggal 31,” jelasnya. Reni akhirnya meninggalkan perusahaan setelah bekerja sebentar.

Berdasarkan beberapa kesaksian mantan karyawan dan karyawan, perusahaan telah menunda pembayaran gaji cukup lama. Ada yang ditunda mulai akhir tahun 2020, ada yang ditunda mulai awal tahun 2021, ada pula yang ditunda mulai Agustus atau Oktober 2021.

Dalam beberapa kasus, perusahaan membagi pembayaran gaji menjadi 50%, beberapa hanya menerima 75%, 80%, atau 85%. Hingga artikel ini ditulis, perusahaan belum membayar gaji Oktober dan November menurut para narasumber. Bonus seperti tunjangan hari raya (THR) hanya dibayar 50%.

“Pada bulan Oktober, Fabelio tidak membayar gaji Oktober sama sekali. Perusahaan juga belum membayar sisa 25% dari gaji September, hingga hari ini. Mereka bilang mereka tidak punya dana dan menunggu dana dari investor,” kata Okto*.

Menurut para sumber, tidak ada penjelasan jelas dari manajemen atau level-C kapan mereka akan dibayar. Manajemen juga menyebut dana investasi sebagai alasan penundaan.

“Alasan mengapa sampai sekarang kami belum digaji karena 'investornya belum transfer,'” kata Yeni*, seorang karyawan. “Mereka hanya mengatakan 'kalau [Anda] ingin mengundurkan diri, silakan, [kalau Anda ingin] terus bekerja, silakan, tetapi kami tidak tahu kapan kami dapat membayar.'”

“Kabar tentang dana investor sudah didengungkan oleh manajemen sejak September lalu, tapi dananya belum masuk sampai hari ini. Manajemen mengatakan bahwa investor tersebut sedang dikarantina, sehingga belum bisa mengirimkan dana. Namun, hal itu diinformasikan tiga pekan lalu, di mana masa karantina seharusnya hanya 14 hari. Belum ada konfirmasi sampai hari ini,” jelas Okto.

“Kalau ditanya alasan keterlambatan pembayaran hak (gaji) karyawan, kami (karyawan dan mantan karyawan) hanya diberitahu tentang situasi perusahaan yang tidak memiliki aliran kas dan hanya mengandalkan dana investor.”

Okto juga menambahkan tidak ada waktu pasti kapan dana akan dikirim atau siapa investornya. TFR telah menghubungi manajemen Fabelio dan menerima tanggapan bahwa mereka bersedia untuk bertemu secara offline. Namun, tim TFR tidak diizinkan untuk bertemu narasumber secara langsung karena COVID-19. Kami telah menawarkan wawancara tertulis dan daring, tapi belum menerima jawaban sampai artikel tersebut dipublikasi.

Ardi*, seorang karyawan, tidak tahu jumlah vendor atau pemasok yang belum dibayar, tapi ada lebih dari 300 karyawan yang belum dibayar sampai sekarang.

“[Saya] Tidak tahu apakah orang-orang tidak peduli atau [kita] sudah powerless karena sejak awal gaji ditunda, HR memberitahu kita bahwa C-level sudah menyiapkan pengacara,” ucap Ardi ketika ditanya apakah para karyawan pernah mediasi langsung kepada manajemen.

Jeni*, karyawan lainnya, mengatakan kepada TFR bahwa karyawan disuruh menunggu hingga awal 2022. Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa ada karyawan yang rumah tangganya terkoyak karena alasan ekonomi akibat keterlambatan pembayaran gajinya.

Menurut Jeni, salah satu kemungkinan penyebab salah urus adalah kesalahan penanganan produk di gudang. “Beberapa produk hilang dari gudang dan tidak ada yang melakukan audit,” katanya.

Penjelasan Jeni mungkin bisa menjadi jawaban atas keluhan pelanggan mengenai pengembalian dana dan produk yang tidak terkirim di akun media sosial Fabelio.

Seorang pelanggan memberi tahu TFR bahwa pesanannya pada bulan Oktober dibatalkan karena stok produk habis. Namun, hingga hari ini dia belum menerima pengembalian uang. “Saya sudah menanyakan ke customer service melalui WhatsApp, email, Instagram, dan website, tapi tidak ada yang menjawab,” kata pelanggan tersebut.

Runa* pada 2019 sempat berselisih dengan perusahaan setelah perusahaan gagal mengonfirmasi tanggal pasti pengiriman. Produk dikirim sebulan kemudian, tapi yang datang bukan produk yang dia pesan.

Masalah itu akhirnya dapat diselesaikan ketika CEO saat itu turun tangan. Butuh total tiga bulan bagi Runa untuk menerima produk tersebut. Fabelio juga mengembalikan uangnya dan menawarkan promosi gratis sebagai kompensasi atas ketidaknyamanan yang harus dia lalui.

Saat itu, ia mendapat tips dari teman-temannya di media sosial tentang pengalaman mereka berbelanja di Fabelio. Seorang teman Runa mengalami kejadian serupa beberapa tahun lalu. Tidak seperti Runa, sang teman memilih pengembalian uang.

Nanda, seorang pelanggan yang mengizinkan TFR untuk menyebut nama aslinya, membagikan pengalamannya di media sosial. “Membeli furnitur pada 23 Agustus, seharusnya dikirim pada 3 September, tetapi ketika saya bertanya kepada mereka, dimundurkan menjadi 19 September,” ceritanya di highlight.

Dia juga membagikan beberapa tangkapan layar obrolan dengan layanan pelanggan yang dia anggap tidak membantu. Ketika furnitur tiba, dia langsung tahu itu bukan produk yang dia pesan. “Saya langsung menghubungi pemasok untuk menghemat tenaga dan waktu saya,” kata Nanda kepada TFR.

Klien Fabelio Projects, layanan desain interior khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap klien, menghadapi situasi yang lebih parah.

Seorang klien yang meminta perusahaan untuk merancang ruang bisnis memutuskan untuk membatalkan seluruh proyek. Padahal biayanya sudah dibayar.

Menurut klien tersebut, ruangan itu sudah 70% jadi, tetapi jauh melenceng dari desain awal. “Saya terlalu malu untuk menunjukkan kepada orang-orang apa yang telah mereka lakukan pada ruangan itu, jadi saya menyewa studio desain lain untuk mengerjakan ulang seluruh ruangan,” kata klien tersebut.

Fred* pada tahun 2018 membayar uang muka untuk ruang dapur kostumisasi. Desainer pertama dan kedua yang ditugaskan kepadanya menghilang. Dengan frustasi, ia memutuskan untuk menggunakan uang muka untuk membeli lemari pakaian.

Kemalangannya tidak berhenti di situ. Pada awalnya, dia menerima lemari pakaian yang salah. Kemudian, dia diberitahu bahwa lemari pakaiannya telah terjual habis, tetapi ternyata tidak. Selain itu, faktur menyatakan meja alih-alih lemari pakaian. Masalah itu berlangsung selama dua tahun.

Ada pula klien yang memulai pada bulan April dan Juni, tetapi belum menerima konfirmasi kapan furnitur mereka akan selesai. “Jawabannya selalu ‘masih dalam tahap finishing,'” kata sang klien.

Anna*, yang melakukan pembayaran pertama pada April, harus menunggu hingga September untuk memulai proyeknya. Dia diminta untuk membayar sisa biaya agar proyek selesai.

“Saya belum mendengar apa-apa sejak saya melakukan pembayaran kedua. Saya terus bertanya kepada manajer proyek saya setiap hari,” kata Anna. Sejauh ini, Anna baru menerima satu set dapur dengan ukuran yang salah.

Meskipun goyang, beberapa karyawan mengatakan kepada TFR bahwa perusahaan masih membuka lowongan pekerjaan.

Yuni*, karyawan lainnya, menyatakan bahwa ada kemungkinan penjualan yang masuk digunakan untuk menutupi biaya-biaya sebelumnya yang harus dibayar perusahaan kepada pemasok atau vendor. “Kami meminta mereka untuk berhenti menerima pesanan dan menyelesaikan pesanan yang belum selesai, tetapi mereka tetap menerima pesanan baru,” kata Yuni.

Seorang pemasok yang menjual produk di Fabelio dengan metode konsinyasi mengatakan bahwa mereka belum menerima laporan penjualan yang biasa mereka terima. Saat ditanya mengenai produk tersebut, Fabelio tidak bisa memastikan keberadaan produk tersebut. Tidak jelas apakah perusahaan telah menjual atau kehilangan produk tersebut.

Mantan karyawan juga mengatakan bahwa pemasok dan vendor yang masih dihutangi Fabelio masih menghubungi mereka dan menuntut pembayaran meskipun telah mengundurkan diri dari perusahaan.

Situasi ini sangat disayangkan karena hampir setiap mantan dan karyawan saat ini menyatakan bahwa bekerja di Fabelio adalah pengalaman yang menyenangkan jika bukan karena salah urus.

“Selama bekerja di Fabelio, banyak hal dan pengalaman yang terjadi dan terasa begitu menyenangkan karena saya bisa bergabung dalam satu divisi yang kompak, dengan budaya kerja yang menyenangkan dan kreatif, serta kurva belajar untuk menemukan dan mengasah banyak hal, terutama skill dan bakat. Saya berani mengatakan bahwa Fabelio adalah perusahaan terbaik tempat saya bekerja selain masalah gaji,” kata Okto.

Pelanggan lama yang furnitur kustomnya selesai pada awal 2021 mengatakan bahwa perusahaan membutuhkan waktu tiga bulan untuk menyelesaikan furnitur, sebulan lebih lambat dari yang dijanjikan. Meski demikian, seluruh pengalamannya cukup menyenangkan dan perabotannya sesuai dengan yang diharapkan.

“Beberapa orang [di perusahaan] membenci pelapor karena dapat membahayakan investasi. Meskipun saya setuju itu tidak etis, apa lagi yang bisa kita lakukan?” kata salah satu sumber.

“Kami tahu sebagai karyawan, kasus ini juga tidak mudah bagi pemilik perusahaan. Namun alangkah lebih baiknya CEO atau para C-level bisa lebih memanusiakan karyawan. Jika memang sudah tidak sanggup untuk hire sekian ratus karyawan, silakan pecat kami. Jika keadaan memang buruk, kami pasti paham dan tidak akan menuntut pesangon. Jangan hanya bilang ‘mohon menunggu/beri kami waktu’ sedangkan kebutuhan makan dan cicilan kami terus berjalan,” ucap Ardi.

Sebagian besar karyawan yang tetap di perusahaan masih mencari pekerjaan. Banyak dari mereka yang mengambil pekerjaan sampingan seperti driver online, memulai usaha kecil-kecilan, dan upaya lainnya untuk melanjutkan mata pencaharian mereka.

“Ada pegawai yang diusir dari tempat kos karena tidak bisa bayar sewa, ada yang tidak bisa melunasi tagihan rumah sakit karena tidak ada dana, dan hal-hal lain yang memberatkan,” kata Okto.

Karena manajemen sulit dihubungi, kabar terbaru yang diterima sumber adalah bahwa mereka diizinkan untuk mengundurkan diri dan meminta surat tentang hak mereka yang tidak terpenuhi-gaji dalam hal ini. Para karyawan juga membuat petisi di Change menuntut gaji mereka dibayarkan segera.

*bukan nama asli mereka

Catatan: Kami masih menunggu tanggapan dari manajemen Fabelio dan akan mempublikasikan jawaban mereka apabila mereka telah memberikan jawaban melalui wawancara tertulis atau daring.


Artikel terkait


Berita