Menyoroti Lulu Lutfi Labibi: Menghargai keindahan dalam ketidaksempurnaan

Read in English

lulu-lutfi-labibi-(web)-.png

Selama delapan tahun menjalankan rumah modenya, Lulu Lutfi Labibi tidak pernah berhenti menuangkan warisan budaya Indonesia ke dalam karyanya. Menyampaikan pesan di dunia fesyen yang dipenuhi oleh sensasi bukan hal mudah. Akan tetapi, ia tetap berhasil mengaburkan batasan tersebut dan memperkenalkan perspektif baru dalam merangkul budaya. Ia tidak pernah berhenti mendorong publik agar bangga menggunakan kain lokal.

Perancang yang kerap disapa Lulu atau Mas Lulu ini dikenal dengan penggunaan kain lurik, kain tradisional Indonesia yang terbuat dari untaian kapas, di dalam koleksinya. Lurik berasal dari bahasa Jawa ‘lorek’ yang artinya garis-garis. Keahlian Lulu adalah menggunakan bahan tradisional dan mentransformasi cara pemakaian kain tersebut untuk mewujudkan visinya mengenai warisan budaya modern.

Ketika ditanya mengenai proses integrasi kain lurik ke dalam karyanya, ia berkata, “Lurik sudah menjadi bagian dari perjalanan karya saya yang selalu menemani. Melahirkan motif baru seperti melahirkan anak yang selalu saya beri nama. Beberapa nama lurik kami adalah Baur Rupa, Duka Luruh, dan Langit Senja.”

Foto: Lulu Lutfi Labibi

Foto: Lulu Lutfi Labibi

Ia terinspirasi dari filosofi Jepang wabi-sabi, yaitu menghargai keindahan dalam ketidaksempurnaan, dan menerjemahkannya ke dalam karya-karyanya. Seperti halnya filosofi tersebut, mustahil untuk menetapkan wujud konsep wabi-sabi. Namun, wabi-sabi bisa diterjemahkan dengan berbagai cara.

Berbicara mengenai proses kreatif, Jepang menjadi kiblat Lulu karena ia menyukai fesyen deskontruktif, baik secara visual maupun simbol - sebuah nilai yang ia jumpai di dalam rumah mode Jepang, seperti Yohji Yamamoto, Rei Kawakubo, dan Issey Miyake. Ia menemukan konsep wabi-sabi di dalam estetika merek-merek tersebut.

Apa pun yang ia sajikan dalam peragaan busananya tidak pernah dimaksudkan untuk dilihat sebagai komponen-komponen terpisah-kain, siluet atau bentuk. Apa yang ia hadirkan bukan sekadar detail, melainkan sebuah gambaran besar; ikatan emosional. Berbagai perasaan yang ia keluarkan dipandu oleh kelembutan. Busana-busananya memberi kesan tajam dan penuh dengan simbol-simbol misterius. Hal ini terlihat dalam potongan celana asimetris yang dipadukan dengan atasan lurik.

Lulu Lutfi Labibi menggunakan warna-warna sederhana, tetapi koleksinya tetap mengandung estetika yang terstruktur namun sensitif. Busananya memberikan perasaan nyaman dan dekat di hati. Lulu menjelaskan bahwa ia menjadikan inspirasi sebagai bahan bakar dalam berkarya. Ia merasa bahwa hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari adalah sesuatu yang magis dan misterius.

“Inspirasi pada akhirnya mengalir dari apa yang ada di sekitar dan sekeliling saya. Misalnya, saya pernah melihat ibu-ibu pergi ke pasar mengayuh sepeda dengan kebaya kutubaru motif bunga, bawahan kain batik klasik, terlihat sangat kontras baik warna maupun motif, dan beliau masih memakai celana panjang di dalamnya. Ibu itu memakai celana berdasarkan fungsi saja, tanpa menghiraukan estetika, karena untuk bersepeda membutuhkan gerak yang leluasa. Namun, di mata saya, pemandangan itu sangat magis dan kekinian. Sangat stylish.”

Rancangan-rancangannya pun melekat dengan pemakainya. Karyanya, yang diikat dengan esensi emosional, menyampaikan pesan mengenai berbagai perasaan, dengan nuansa tenang, lembut, dan melankolis. Memancarkan kesegaran masa muda tanpa kehilangan sentuhan dengan kenyataan. “[Karya-karya saya adalah untuk] Perempuan yang telah menemukan dirinya secara utuh. Perempuan yang telah melampaui perjalanan yang panjang, baik fisik maupun batin, lalu tersadar sepenuhnya bahwa tempat untuk kembali adalah dirinya sendiri.”

Ketika ditanya mengenai tim di balik layar, ia berkata, “Banyak yang tidak tahu kalau brand yang saya bangun belum membentuk tim khusus untuk bagian kreatif. Saya masih terlalu “keras kepala” untuk percaya memasukkan unsur-unsur orang lain dalam mengejawantahkan bersama konsep yang saya bangun.” Namun, ini bukan karena ego. Ia berkomitmen penuh terhadap karya dan bisnis yang menyandang namanya. Orang-orang pun menghargainya, memakai rancangannya, serta mendukungnya dalam mewujudkan karyanya.

Image: Lulu Lutfi Labibi

Image: Lulu Lutfi Labibi

“Hal yang sangat saya syukuri sampai hari ini adalah tim produksi yang sangat solid dan sangat memahami teknis pola dan jahit, tim studio dan butik yang solid, dan adik kandung saya yang sampai hari ini menemani untuk berproses kreatif dan membangun bisnis, lalu partner pengrajin lurik yang selama ini mewujudkan dan melahirkan desain baru.”

Salah satu momen yang tak terlupakan baginya adalah ketika seorang pembeli mengirimkan pesan melalui Instagram dan mengatakan bahwa mereka memakai karya Duka Luruhnya ketika merayakan ulang tahun. Ia mengenang momen tersebut dan mengatakan, “Seketika saya merasa sangat terharu dan bahagia. Seseorang menyebut nama salah satu dari anakku untuk hari istimewanya.”


Artikel terkait


Berita