Mengejar estetika ideal

Read in English

WhatsApp Image 2021-02-03 at 19.51.37.jpeg

Pada bulan Desember 2020, International Society of Aesthetic Plastic Surgery (ISAPS) merilis hasil Survei Global tahunannya mengenai prosedur estetika/kosmetik yang menunjukkan peningkatan volume, baik dalam prosedur estetika non-bedah maupun bedah pada tahun 2019 (7,1% dan 7,6%).

Prosedur non-bedah paling populer tetap sama: botulinum toxin atau botoks. Sementara itu, pembesaran payudara masih menjadi prosedur bedah kosmetik yang paling umum, dengan porsi 15,8%, diikuti sedot lemak dan operasi kelopak mata.

Berdasarkan data di atas, prosedur mata - bedah kelopak mata - tampaknya menjadi prosedur bedah wajah yang paling populer. Mata memang jendela jiwa. Mata dapat memberi banyak informasi tentang seseorang, dan merupakan fokus perhatian saat berbicara dengan seseorang. Dengan begitu banyak penekanan pada mata, tidak mengherankan jika upaya untuk mencapai estetika mata yang 'ideal' menjadi semakin populer.

Tentunya kita pernah mendengar kontroversi Sarah McDaniels, model asal Amerika Serikat, yang dikenal karena perbedaan warna bola mata atau heterochromia. Baru-baru ini, banyak yang menuduh ia berbohong mengenai kondisi heterochromia. Tuduhan tersebut ditepis oleh McDaniels. Apabila ia memang berbohong, usahanya untuk mendapatkan estetika mata yang menurutnya ideal bukan yang paling ganjil.

Foto: Foto seorang anak dengan heterochromia, kondisi di mana seseorang memiliki bola mata dengan warna berbeda dari Unsplash

Foto: Foto seorang anak dengan heterochromia, kondisi di mana seseorang memiliki bola mata dengan warna berbeda dari Unsplash

Bagian pertama dari serial ini telah membahas standar kecantikan mata yang berbeda di berbagai belahan dunia, dan di bagian ini kita akan membahas sejauh mana upaya yang dilakukan untuk mencapai estetika yang diinginkan. TFR membagi upaya-upaya tersebut berdasarkan jenisnya: apakah upaya tersebut meliputi prosedur bedah atau tidak.

Pertama, mari kita lihat pilihan non-bedah yang tersedia. Pengencangan mata non-bedah adalah contoh prosedur yang paling populer, dengan berbagai metode yang digunakan untuk mencapainya. Yang pertama adalah suntikan botoks ke ekor alis dan di antara alis, yang mencegah otot tertarik ke bawah. Botoks memblokir sinyal dari saraf ke otot, sehingga otot yang disuntikkan botoks tidak dapat berkontraksi. Ini kemudian membuat keriput menjadi rileks dan melemah. Biasanya hasil suntikan tersebut akan bertahan selama tiga sampai empat bulan.

Selanjutnya, ada filler. Seiring bertambahnya usia, kulit di bawah mata kita kehilangan volume, yang menyebabkan cekungan dan membuat kantong lemak lebih menonjol. Banyak dokter mencoba menyamarkan kantung mata kita dengan memompa filler di sepanjang tepi orbital kelopak mata bawah, yang menghaluskan area tersebut. Filler yang umum digunakan antara lain asam hialuronat, Poli-L-asam laktat, kalsium hidroksiapatit, dan transfer lemak dari perut, bokong, atau paha. Risiko dari prosedur ini termasuk reaksi alergi, kemerahan, bengkak, titik merah kecil di tempat suntikan, dan memar; meskipun, dalam banyak kasus, efek samping dari filler minimal dan berlangsung singkat. Hasilnya biasanya bertahan sekitar satu tahun.

Terkadang, stimulasi dengan jarum-jarum halus digunakan untuk mengencangkan kelopak mata atas dan bawah. Setelah menggunakan krim anestesi dan pelindung mata, stamping pen dengan jarum-jarum halus digunakan untuk membuat luka mikro di kulit sedalam satu hingga dua milimeter untuk merangsang produksi kolagen, yang mengencangkan dan meningkatkan warna, tekstur, dan kekencangan kulit.

Selain pengencangan mata non-bedah, banyak yang memilih tato eyeliner untuk meningkatkan estetika mata. Vanessa (30) menato kelopak matanya dua tahun lalu karena dia tertarik dengan kenyamanan yang ditawarkan. Sebagai penyelam dan praktisi yoga, Vanessa menyambut baik kenyataan bahwa dia tidak perlu membuat ulang liner setelah setiap sesi. Tato itu menghemat waktunya setiap pagi saat dia bersiap untuk bekerja, serta biaya riasan untuk membeli eyeliner secara teratur.

Dia mengatakan bahwa pada awalnya dokter akan mengoleskan krim anestesi pada kelopak matanya sebelum membuat liner. Prosedurnya cukup menyakitkan, karena sama persis dengan prosedur untuk membuat tato biasa, dengan jarum ditarik di kulit untuk membuat garis. Meski menyukai hasilnya, Vanessa tidak akan melakukannya lagi karena faktor rasa sakitnya, meskipun dia merekomendasikannya bagi mereka yang memiliki toleransi rasa sakit yang lebih tinggi.

Prosedur ini bukan hal baru. Ibu Sri (57) menjalani versi lama tato liner pada tahun 1998 ketika prosedur itu pertama kali populer. Langkah-langkahnya sangat berbeda: obat anestesi, misalnya, diberikan melalui suntikan dan bukan berupa krim. Dan alih-alih menggambar garis seperti yang dikatakan Vanessa, prosedur yang dijalani Ibu Sri berupa menitik-nitikkan jarum untuk membuat garis, yang menurutnya sangat menyakitkan.

Mungkin prosedur mata non-bedah yang paling ekstrem - dan tentunya yang paling kontroversial - adalah tato bola mata atau tato sklera. Tato bola mata adalah pewarnaan permanen pada bagian putih mata (sklera) yang dilakukan dengan menyuntikkan tinta dengan jarum di bawah lapisan atas mata ke sklera, di beberapa lokasi, dari mana tinta kemudian perlahan menyebar untuk menutupi semua sklera. Hanya ada beberapa seniman tato di seluruh dunia yang melakukan tato ini. Tato sklera bersifat permanen serta tidak dapat dikembalikan seperti semula.

Praktisi kedokteran, terutama dokter mata, umumnya tidak menyarankan prosedur ini karena mereka menganggap prosedur ini sangat berbahaya dan tidak perlu. Ada banyak potensi risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh tato bola mata, mulai dari yang ringan seperti iritasi mata ringan hingga yang parah seperti kebutaan dan kehilangan seluruh mata.

Lalu, ada opsi bedah. Seperti yang ditunjukkan oleh survei ISAPS di atas, operasi kelopak mata adalah salah satu prosedur bedah kosmetik paling populer di dunia. Selama setahun terakhir ini, khususnya, operasi kelopak mata semakin populer di kalangan pria. Operasi kelopak mata kosmetik pada umumnya dibagi ke dalam kategori berikut: operasi kelopak mata atas, operasi kelopak mata bawah, dan operasi kelopak mata ganda.

Dua prosedur pertama biasanya bertujuan untuk menghilangkan kulit yang kendur, lemak berlebih, atau kantong di sekitar mata. Prosedur ketiga - juga dikenal sebagai blepharoplasty Asia - adalah jenis operasi kelopak mata khusus untuk membentuk lipatan di kelopak mata sehingga menciptakan kelopak mata ganda.

Kemudian, ada keratopigmentasi, atau tato kornea, yang telah lama menjadi teknik pemulihan kosmetik yang umum untuk mata yang rusak parah. Namun, baru-baru ini, para peneliti menemukan bahwa prosedur untuk mengubah warna mata hanya untuk alasan kosmetik dapat menjadi pilihan pembedahan yang aman dengan umpan balik yang positif. Metode operasi mata ini terdiri dari penerapan pigmen ke dalam kornea melalui terowongan mikro yang dibuat dengan laser femtosecond. Metode ini tidak melibatkan perubahan permanen pada struktur internal mata atau penerapan benda asing intraokular.

Jika prosedur yang disebutkan di atas terlalu berlebihan untuk kalian, selalu ada pilihan yang bisa dilepas-pasang. Pilihan-pilihan ini termasuk tape kelopak mata untuk membuat lipatan, strip koreksi kelopak mata alias pengencang mata instan, dan, tentu saja, lensa kontak.

Foto: Lensa kontak berwarna dengan efek seperti boneka dari Eyelovin

Foto: Lensa kontak berwarna dengan efek seperti boneka dari Eyelovin

Wella Christie, Direktur Eyelovin, sebuah merek lensa kontak dan e-commerce kecantikan, meyakini bahwa lensa kontak sangat populer di Indonesia karena menawarkan tampilan yang berbeda untuk setiap orang. “Ada lensa kontak untuk mata kecil, untuk mata besar, untuk mata yang berkerut, lensa yang dibuat khusus untuk membuat mata terlihat lebih besar, lensa berwarna untuk mereka yang ingin mengubah warna mata, serta untuk lensa yang terlihat alami dan berpenampilan seperti boneka,” jelas Wella.

Meskipun lensa kontak bersifat sementara, namun tetap harus dipakai dengan bertanggung jawab. Seorang responden yang TFR wawancarai mengakui bahwa dia dulu memakai lensa bekas kedaluwarsa, karena pada saat itu fokus utamanya adalah penampilan, sementara kenyamanan (dan, sampai batas tertentu, keamanan) ada di posisi bawah dalam daftar prioritasnya. "Saya sudah tidak melakukannya lagi," tambahnya.

Pada akhirnya, setiap orang memiliki bayangan berbeda tentang estetika mata yang ideal dan bagaimana cara mencapainya. Beberapa metode sangat aman, sementara beberapa lainnya tidak. Apa pun keputusan yang kita ambil, mendidik diri kita sendiri tentang risiko dan metode setiap prosedur adalah kuncinya. Mari buka mata untuk semua informasi yang dapat kita temukan sebelum mendaftarkan diri untuk prosedur apa pun.


Artikel terkait


Berita