Menelusuri batik di Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua

Read in English

Untuk mengetahui lebih jauh tentang sejarah dan motif batik Indonesia, TFR menghubungi Sobat Budaya, salah satu kontributor iWareBatik, aplikasi berbasis web yang didedikasikan untuk mencatat sejarah batik Indonesia.

batik-maluku,-nusa-tenggara,-papua-(web).png

Batik, sebagai warisan budaya takbenda, pada dasarnya mencerminkan identitas kita. Batik merupakan sebuah gagasan mengenai masyarakat yang diwakilinya. Itulah sebabnya setiap daerah mengembangkan desain yang berbeda dengan keunikan mereka masing-masing.

Satu-satunya alasan adalah karena setiap daerah memiliki nilai budaya, tradisi, kearifan lokal, mitos, visi artistik, kedudukan sosial, dan aspek-aspek lainnya, sendiri. Bahkan lokasi geografis turut memengaruhi motif batik yang mereka kembangkan. Di Indonesia, ada tiga klasifikasi motif batik, yaitu batik masyarakat agraris, batik masyarakat pesisir, dan batik kerajaan.

Batik masyarakat agraris biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakatnya yang mata pencahariannya bergantung pada memproduksi dan merawat tanaman dan lahan pertanian.

Sementara itu, batik masyarakat pesisir menggambarkan gaya hidup di mana mata pencaharian masyarakatnya bergantung pada perairan yang mengelilingi daerah tersebut. Beberapa jenis batik masyarakat pesisir mudah dikenali karena menggambarkan kehidupan laut.

Yang terakhir adalah batik kerajaan. Pada satu titik, batik ini dikhususkan bagi bangsawan. Pembatasan seperti ini biasanya diterapkan secara ketat pada masa di mana akses terhadap kain masih terbatas. Namun, kita sekarang berada di era di mana siapa pun bisa mengenakan batik sesuai keinginan mereka tanpa batasan. Ini adalah sebuah kebebasan yang bisa kita gunakan untuk melestarikan tradisi batik - dengan menjadikannya bagian dari kehidupan sehari-hari.

Untuk bagian terakhir serial ini, kami akan membahas batik Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua.

Maluku

Maluku telah membuka pintunya bagi dunia untuk tujuan perdagangan rempah-rempah sejak abad ke-15, termasuk bagi pedagang dari Jawa. Rempah-rempah yang mereka produksi menjadi inspirasi di balik motif-motif batik Maluku. Periode peperangan selama masa penjajahan Portugis dan VOC direkam dalam salah satu motif mereka, yaitu parang salawaku.

Karena sejarah kejayaannya yang tertanam begitu dalam di ingatan kolektif masyarakatnya, rempah-rempah seperti cengkeh dan pala dalam motif batik Maluku menjadi gambaran identitas mereka. Seniman lokal juga mengembangkan motif berdasarkan budaya lokal. Motif tifa totobuang, misalnya, menggambarkan tradisi alat musik lokal tradisional Maluku. Motif lain yang terkenal dari daerah ini adalah pala salawaku, pantai ambon, dan pattimura.

Maluku-01.png

Maluku Utara

Batik Maluku Utara seringkali disebut dengan batik tubo ternate, yang berasal dari desa Tubo pada tahun 2010. Sebagai batik masyarakat pesisir, motif batik tubo ternate memasukkan lanskap kelautan dan keanekaragaman hayati Maluku Utara.

Batik tubo ternate merepresentasikan kearifan lokal masyarakat Maluku Utara. Banyak dari batik mereka juga menggambarkan budaya lokal yang unik, peninggalan sejarah, serta flora dan fauna. Beberapa motif yang terkenal adalah burung bidadari, alam pantai, dan tubo kelapa.

Maluku-03.png

Nusa Tenggara Timur

Provinsi ini memiliki tekstil unik, yaitu ikat. Ikat adalah tekstil tradisional yang dibuat dengan teknik tenun. Dengan bantuan seniman batik dari Jawa, Nusa Tenggara Timur mengembangkan batiknya dengan motif yang terinspirasi dari ikat.

Motif batik Nusa Tenggara Timur biasanya menggambarkan tokoh mitologi, flora dan fauna, serta konsep penghargaan dan harapan baik. Tiap pulau di provinsi ini mengembangkan motifnya sendiri. Beberapa motif terkenal dari daerah ini adalah kuda sepasang, kuda kupang, pucuk mekar, dan teguh bersatu.

Nusa Tenggara-05.png

Nusa Tenggara Barat

Tradisi batik di Nusa Tenggara Barat diprakarsai oleh pemerintah setempat pada tahun 2010 dan disebut batik sasambo. Sasambo adalah akronim dari tiga suku besar di Nusa Tenggara Barat: Sasak, Sumbawa, dan Mbojo. Batik sasambo dimaksudkan untuk mewakili identitas lokal dan harmoni di antara suku-suku di provinsi tersebut.

Motif batik sasambo terdiri dari pola-pola abstrak mistis yang menggambarkan nilai sejarah, estetika, dan filosofi Nusa Tenggara Barat. Ada juga motif yang mempromosikan adat dan budaya lokal. Beberapa motif terkenal dari daerah ini adalah bale lumbu, tari peresean, tenun bima, dan daun sirih.

nusa-tenggara-barat.png

Papua

Pada tahun 1985, Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PPPB) memrakarsai perkembangan batik Papua. Melalui batik mereka sendiri, seniman lokal berusaha untuk menggambarkan lanskap, flora dan fauna, desain budaya, kearifan lokal, dan simbol suku-suku di Papua.

Motifnya biasanya menggambarkan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Papua, mulai dari burung cendrawasih dan desain suku Asmat hingga tifa (alat musik tradisional lokal). Beberapa motif terkenal adalah kamaro timika and ukir sentani.

papua.png

Papua Barat

Batik Papua Barat umumnya mirip dengan batik Papua. Namun, batik Papua Barat memamerkan lanskap alamnya yang terkenal, seperti Raja Ampat. Batik Papua Barat menggunakan lebih banyak warna untuk menggambarkan keindahan batu karang dan taman laut. Mereka juga menggabungkan desain arsitektur tradisional, seperti honai (rumah tradisional). Setiap desain juga ditanamkan dengan nilai filosofi, seperti honai yang berarti rumah yang penuh kebahagiaan. Motif terkenal lainnya adalah burung cendrawasih and prada papua.

papua-barat.png

Learn about the history, cultural implications, the meaning behind every motif, and so much more about Indonesian batik at www.iWareBatik.org


Artikel terkait


Berita