Menelusuri batik di Bali dan Kalimantan

Read in English

Untuk mengetahui lebih jauh tentang sejarah dan motif batik Indonesia, TFR menghubungi Sobat Budaya, salah satu kontributor iWareBatik, aplikasi berbasis web yang didedikasikan untuk mencatat sejarah batik Indonesia.

KEK GINI YA GUYS-06.jpg

Jalan untuk melestarikan tradisi batik bukanlah jalan yang mudah. Kita tidak boleh berhenti hanya sampai tahap produksi, tapi melanjutkannya lebih jauh dengan mengamankan data motif-motif batik. Regenerasi dalam produksi batik bukan lagi satu-satunya tantangan dalam melestarikan batik. Menurut Sobat Budaya, tantangan juga ada pada kesadaran mengenai identitas, sejarah dan arti motif.

Dalam artikel Cara menjaga warisan budaya melalui rancangan, kami mendiskusikan apa yang menjadikan sesuatu sebuah pusaka budaya. Nikkie Wester, spesialis pusaka masa depan dan desainer tekstil, mendeskripsikannya sebagai “nama kolektif untuk monumen dan koleksi dengan arti budaya-sejarah yang besar, baik elemen berwujud maupun tidak berwujud digabungkan, membentuk identitas sebuah kota, negara, atau kelompok orang.”

Memang menjadi sebuah tantangan untuk melestarikan sebuah pusaka budaya tanpa dukungan komunitas yang mengidentifikasi dirinya dengan pusaka tersebut. Pendeknya, pelestarian batik tidak mungkin tercapai jika komunitas yang bersangkutan tidak menyadari batik sebagai bagian dari identitas mereka.

Sebagai usaha untuk mengedukasi kelompok orang ini lebih jauh lagi, Sobat Budaya berkontribusi dalam pembuatan aplikasi iWareBatik untuk meningkatkan kesadaran di antara masyarakat yang lebih luas dan mengedukasikan publik yang lebih luas mengenai sejarah batik. Ada banyak jenis batik di Indonesia yang belum diketahui khayalak luas. Di bagian serial ini, kami mempelajari batik di Bali dan Kalimantan.

Bali

Industri batik di Bali dimulai pada tahun 1970, diprakarsai oleh Pande Ketut Krisna. Selain teknik mewarnai kain dengan malam, tradisi tekstil tenun tangan juga berakar kuat di Bali. Tekstil-tekstil ini memiliki kedudukan penting dalam masyarakat Bali karena memainkan banyak peran dalam berbagai acara sehari-hari. Beberapa motif batik juga menunjukkan posisi sosial dan kasta penggunanya.

Motif batik Bali kebanyakan menggambarkan fauna yang ada di pulau tersebut, baik nyata maupun dari mitos, meski mereka juga seringkali terinspirasi dari flora lokal, seperti kamboja dan kembang sepatu. Beberapa motif juga menggambarkan kegiatan sehari-hari masyarakat Bali, seperti tarian, ritual keagamaan, dan menanam padi.

Karakteristik yang menentukan batik berkualitas tinggi adalah pola rumit dan bahan dasar yang ditenun dengan baik, seperti sutra atau katun. Beberapa jenis batik diproduksi melalui meditasi, salah satu tradisi kuno yang dilestarikan di antara para pengrajin di kerajaan Bali, Jawa Tengah, dan Madura.

Di masa kini, motif batik Bali menggabungkan tidak hanya pola bergaya Bali, namun juga desain dari daerah lain. Tidak ada peraturan tertentu mengenai cara pengrajin mengekspresikan pandangan artistik mereka. Beberapa motif terkenal dari Bali adalah merak abyorhokokai, barong bali, buketan bali, dan pisang bali.

Bali.png

Kalimantan Tengah

Batik Kalimantan Tengah diprakarsai oleh istri dari Suparmanto, gubernur Kalimantan Tengah periode 1989-1993. Batik dari provinsi tersebut dibuat dengan menggabungkan dua tradisi, yaitu teknik batik Jawa dan motif ngaju dari suku Dayak. Batik ini disebut dengan benang bintik atau batik benang titik dan dikenakan khususnya pada saat festival budaya Dayak.

Karakteristik dari batik Kalimantan Tengah adalah motif batang garing (pohon kehidupan) yang menyimbolkan keseimbangan antara dunia atas (langit, dunia spiritual) dan dunia bawah (bumi, dunia materialistis). Beberapa motif yang terkenal adalah anggrek tewu, enggang dayak, gumin tambun, dan kaharingan.

Kalimantan Tengah.png

Kalimantan Timur

Kalimantan Timur adalah salah satu wilayah di mana metode tenun membentuk sebagian besar tradisi tekstil. Namun, mulai dari kabupaten Bontang, batik juga menjadi bagian dari tradisi tekstil tersebut. Batik di daerah ini biasanya menggunakan berbagai nuansa warna oranye, hijau, merah muda, dan merah, sementara motifnya biasanya menggambarkan filosofi masyarakatnya mengenai alam dan lingkungan mereka.

Contohnya, motif batang garing adalah ilustrasi batang pohon, dibentuk seperti kerucut atau mata tombak. Menurut suku Dayak, motif tersebut merepresentasikan dewa Ranying Mahatala Angin, pencipta semua makhluk hidup. Motif populer lainnya adalah rutun penyu, tengkawang ampiek, kuntul perak, dan hiu taliyasan.

Kalimantan Timur.png

Kalimantan Utara

Batik Tarakan, nama dari batik Kalimantan Utara, termasuk baru dikembangkan oleh pengrajin lokal. Batik ini diproduksi dengan menggunakan bahan dan pewarna ramah lingkungan. Di Kalimantan Utara, batik biasanya dikenakan pada acara resmi atau diberikan sebagai hadiah di antara keluarga dan sahabat. 

Motif batik Kalimantan Utara biasanya diadaptasi dari ornamen dan adat budaya Dayak, maka kebanyakan menggambarkan pelajaran hidup, filosofi masyarakat, serta kearifan lokal. Beberapa juga menggambarkan fauna dan flora lokal. Beberapa motif terkenal adalah bunga raye, bultiya, dayak taghol, dan bekantan pakis.

Kalimantan Utara.png

Kalimantan Selatan

Batik Sasirangan adalah identitas masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan. Sebelum menjadi sasirangan, kainnya disebut sebagai calapan, yang dikembangkan dari abad ke-12 sampai 14.

Kain ini memiliki kaitan erat dengan kisah Patih Lambung Mangkurat yang mendengar suara seorang wanita yang menginstruksikannya untuk menolongnya ke permukaan, membuatkannya perahu kerajaan, serta istana dengan bantuan 40 pria yang belum menikah, dan menenukannya kain dengan motif padi waringin (padi matang) dengan metode calap (pewarnaan-celup). Kain tersebut kemudian dibuat dengan menggunakan teknik pewarnaan celup berkali-kali (calapan) dan ditenun dengan motif tunggal yang berulang dalam barisan (sasirangan).

Bagi masyarakat Banjar, batik tersebut dipercaya bisa menyembuhkan pemakainya dari penyakit dan untuk mengusir gangguan roh jahat dan melindungi mereka dari gangguan astral. Warna-warna yang digunakan dalam batik ini dikhususkan untuk setiap masalah, seperti kuning untuk menyembuhkan penyakit kuning, merah untuk sakit kepala atau insomnia, dan hijau untuk kelumpuhan. Beberapa motif populer adalah gigi haruan lidi, tampuk manggis, dan bayam raja.

South Kalimantan.png

Kalimantan Barat

Kalimantan Barat tidak hanya terkenal untuk budaya tekstil tenunnya; batik juga berkembang di sana. Batik dari Kalimantan Barat adalah perwakilan dari kehidupan sosial multikultural mereka. Pola yang ada yang mewakili tiap suku adalah tidayu, akulturasi dari budaya Melayu, Cina, dan Dayak.

Beberapa motif batik Kalimantan Barat adalah dayak kamang, insang ikan, awan berarak, dan tidayu.

Kalimantan Barat.png

Pelajari mengenai sejarah, implikasi budaya, dan arti di balik setiap motif, dan lebih banyak lagi mengenai batik Indonesia di www.iWareBatik.org


Artikel terkait


Berita