Drama tari “Nyimas Kawung Anten” tampilkan kebudayaan Jawa Barat

Galeri Indonesia Kaya menghadirkan pertunjukan drama tari bertajuk “Nyimas Kawung Anten” untuk menampilkan kebudayaan Jawa Barat, yakni Jaipongan, Jumat (23/3).

Drama yang dimeriahkan oleh Padepokan Jugala Raya, Denada, dan Dewi Gita ini sukses memukau para penikmat seni yang hadir lewat penampilannya.

Selain itu, drama tari ini turut menambah wawasan para hadirin terkait salah satu kebudayaan asal Jawa Barat tersebut.

“Kelompok yang senantiasa melestarikan keindahan dari Jaipongan ini berkolaborasi dengan Denada dan juga Dewi Gita. Harapannya pementasan ini dapat menjadi sajian yang bermanfaat, menginspirasi, dan juga menghibur para penikmat seni,” ujar Program Director Galeri Indonesia Kaya, Jumat (23/3).

Baca juga: Dibuka kembali dengan wajah baru, Galeri Indonesia Kaya hadirkan auditorium pertunjukan

Melestarikan Jaipongan lewat kisah Nyimas Kawung Anten

Pertunjukan yang berlangsung selama 60 menit itu mengemas tentang Jaipongan melalui kisah Nyimas Kawung Anten, yakni penggambaran sosok perempuan yang memiliki keteguhan dan kesetiaan dalam menghadapi dinamika kehidupan.

Sosoknya merupakan seorang perempuan yang memiliki perjuangan nyata, keyakinan, serta kecintaan terhadap apa pun yang telah menjadi tanggung jawabnya.

“Penampilan kami kali ini merupakan upaya untuk melestarikan tari Jaipongan ke hadapan para penikmat seni yang hadir,” ujar Denada dalam kesempatan sama.

Menariknya, ini merupakan kali pertama Denada menampilkan tarian yang mengangkat nilai tradisi.

Ia pun melanjutkan, “Penampilan ini juga spesial karena jika biasanya saya membawakan tarian yang lebih kontemporer, kali ini saya lebih mengangkat nilai tradisi. Kami harap penampilan kami dapat diterima dengan baik oleh para penikmat seni.” 

Adapun sebelumnya Dewi Gita sudah lebih dulu menampilkan tari Jaipongan di hadapan para penikmat seni di Sukabumi, Jawa Barat.

“Tari Jaipongan merupakan salah satu tari yang sudah saya pelajari sejak kecil. Kali ini saya kembali diberi kepercayaan untuk kembali menari di hadapan para penikmat seni di Galeri Indonesia Kaya bersama Denada dan juga Padepokan Jugala Raya yang sudah lama mengenalkan, mengajarkan, dan menampilkan tari Jaipongan,” ungkapnya.

Sebagai informasi, Padepokan Jugala Raya sendiri telah malang melintang di dunia seni pertunjukan selama 48 tahun ini.

Sanggar seni tari ini didirikan pada 1976 oleh maestro tari Jaipongan mendiang Gugum Gumbira dan istrinya, mendiang Euis Komariah yang merupakan penyanyi Cianjuran.

Kini, Padepokan Jugala Raya diteruskan oleh putri keduanya, Mira Tejaningrum yang terus berupaya melestarikan tari khas Jawa Barat itu.