Memetakan raksasa e-commerce di Asia

Read in English

Tahun 2020 menandai perubahan besar dalam hampir semua hal karena pandemi COVID-19. Terlepas dari perlambatan ekonomi global, ada pertumbuhan tak terduga di sektor digital dan e-commerce karena masyarakat terpaksa diam di rumah karena lockdown. Bisnis juga dipaksa untuk berinovasi dengan menjadi digital. Hal ini menyebabkan naiknya pangsa e-commerce dari perdagangan ritel global dari 14% pada tahun 2019 menjadi sekitar 17% pada tahun 2020, yang memicu titik balik digital dan e-commerce.

Meski platform e-commerce digital mulai berkembang di seluruh dunia, skala dan tingkat pertumbuhan e-commerce di Asia sangat menonjol dibandingkan wilayah lain. Misalnya, China tahun ini diproyeksi meraih pendapatan dengan total nilai $1 triliun dari sektor e-commerce, dan pasarnya diperkirakan akan lebih besar dari gabungan pasar AS, Jepang, Inggris, Jerman, dan Perancis.

Sektor e-commerce di Asia Tenggara juga mengalami ledakan. Dengan absennya pemain Barat, seperti Amazon, pasar e-commerce lokal seperti Shopee, Lazada, dan Tokopedia menjadi pemimpin dan raksasa di sektor ini.

Asia Tenggara

Shopee diakui sebagai platform e-commerce terdepan dan terbesar di Asia Tenggara dengan 198 juta kunjungan per bulan. Didirikan di Singapura pada tahun 2015 oleh Forrest Li, Shopee telah mengembangkan bisnisnya ke 10 negara lain di Asia Tenggara dan Amerika Selatan.

Pada 2020, Shopee berhasil menggandakan pendapatan Q2 menjadi $ 1,29 miliar. Shopee pada tahun 2021 diperkirakan akan meraih pendapatan hingga $4,7 miliar dan tumbuh 112,3% (yoy), menurut laporan Sea Group 2020 Q4. Perusahaan induk Shopee, SEA Group, dianggap sebagai perusahaan teknologi terbesar di kawasan ini, dengan nilai pasar hampir $130 miliar.

Shopee mencatat kesuksesan serupa di Indonesia, dinilai sebagai e-commerce terbesar di Tanah Air dengan pengunjung dan klik terbanyak dibandingkan para pesaingnya, seperti Tokopedia dan Lazada. Dengan keberhasilan tersebut, SEA Group meluncurkan layanan dompet elektronik ShopeePay pada Oktober 2020 untuk mendukung transaksi, baik online maupun offline.

E-commerce terbesar kedua di Asia Tenggara adalah Lazada. Platform ini juga berasal dari Singapura dan didirikan oleh Maximilian Bittner dengan dukungan Rocket Internet pada tahun 2012. Lazada berusaha menjadi 'Amazon Asia Tenggara'. Lazada beroperasi di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam dan mencatat pendapatan $1 miliar tahun lalu.

Pada tahun 2014, Lazada Group telah memasuki beberapa negara dan mengumpulkan sekitar $647 juta melalui beberapa putaran investasi dari investornya, seperti Tesco, Temasek Holdings, Summit Partners, JPMorgan Chase, Investment AB Kinnevik, dan Rocket Internet. Lazada saat ini dimiliki oleh Alibaba Group setelah raksasa asal China itu mengakuisisi saham pengendali dengan investasi awal $1 miliar pada tahun 2016.

Tahun berikutnya, Alibaba meningkatkan kepemilikannya dari 51% menjadi 83% dengan tambahan investasi $1 miliar. Pada Maret 2019, untuk memperluas pasar Asia Tenggara, Alibaba menggandakan investasinya di Lazada menjadi $4 miliar, seperti dilansir Reuters. Pada 2017, valuasi perusahaan mencapai $2,35 miliar, dan pada tahun 2020, Lazada mencatat GMV sebesar $4,5 miliar

Tokopedia merupakan situs e-commerce terpopuler ketiga di Asia Tenggara dan kedua di Indonesia. Perusahaan tersebut didirikan pada tahun 2009 oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison. Pada 2019, GMV Tokopedia diperkirakan mencapai lebih dari $15 miliar dari 100 juta pengguna aktif dan 10 juta penjual. 

Pada Mei 2021, Tokopedia mengumumkan kemitraan dengan perusahaan transportasi online dan pembayaran elektronik, Gojek. Valuasi entitas hasil merger tersebut, GoTo, mencapai $18 miliar. SoftBank dari Jepang dan Alibaba dari China menjadi pemegang saham terbesar di GoTo dengan kepemilikan masing-masing 15,3% dan 12,6%. GoTo disebut-sebut menargetkan valuasi pasar publik sebesar $35 miliar hingga $40 miliar.

Asia Timur

Alibaba adalah perusahaan e-commerce terbesar di Asia, dan dikenal sebagai pelopor di sektor e-commerce Asia. Didirikan oleh Jack Ma dan 17 kawannya pada tahun 1999, Alibaba menjadi perusahaan Asia kedua yang valuasinya menembus $500 miliar pada tahun 2018. Alibaba menyalip Facebook sebagai merek paling berharga keenam di dunia pada tahun 2020.

Pada 19 September 2014, Alibaba menggelar penawaran saham perdana (IPO), yang disebut-sebut sebagai IPO global terbesar dalam sejarah, lebih besar dari nilai gabungan IPO Google, Facebook, dan Twitter. Alibaba memiliki nilai kapitalisasi pasar lebih dari $230 miliar. Hingga 2021, Alibaba telah melakukan 20 akuisisi dan 151 investasi dan menghabiskan lebih dari $19,99 miliar untuk akuisisi.

Perusahaan e-commerce terbesar di Korea Selatan adalah Coupang, yang didukung oleh SoftBank. Didirikan oleh Bom Suk Kim pada tahun 2010, Coupang dikenal sebagai Amazon Korea Selatan. Dikutip dari CNBC, perusahaan ini fokus pada pengiriman cepat dan kenyamanan. Coupang membangun gudang di seantero negeri untuk mempercepat pengiriman. Perusahaan menyatakan bahwa 70% penduduk Korea Selatan tinggal dalam jarak 10 menit dari gudang Coupang. Menurut sebuah makalah yang diserahkan ke Securities and Commission AS, Coupang membukukan penjualan $11,9 miliar pada 2020, naik 90,8% dari tahun 2019.

Coupang melantai pada Maret di New York Stock Exchange, yang menjadi IPO terbesar tahun ini dengan nilai IPO hingga $60 miliar. Coupang memasuki Jepang bulan lalu dan baru-baru ini memperluas bisnisnya ke Taiwan.

Platform e-commerce juga terus berkembang di Jepang, negara yang lekat dengan teknologi. Kancah e-commerce Jepang didominasi oleh Amazon Jepang dan Rakuten. Amazon masuk ke Jepang pada tahun 2000, berawal dengan toko buku online. Menurut survei penjualan tahun 2020, Amazon Jepang menempati peringkat pertama dalam hal penjualan e-commerce dengan nilai $17 miliar. Namun, Amazon Jepang masih kalah bersaing dengan e-commerce terpopuler di negara itu, Rakuten. Terlepas dari keberadaan Amazon Jepang, Rakuten sering disebut sebagai 'Amazon Jepang'.

Rakuten didirikan oleh Hiroshi Mikitani pada tahun 1997, dan melantai di bursa melalui IPO pada 2000. Sejak itu, Rakuten mulai berekspansi ke luar negeri melalui akuisisi dan investasi. Hingga saat ini, Rakuten telah mengakuisisi 35 perusahaan. Akuisisi terbaru Rakuten dilakukan pada November tahun lalu. Saat itu, perusahaan bersama dengan KKR mengakuisisi Seiyu, jaringan ritel berskala nasional yang dimiliki oleh Walmart. Seperti dilansir BoF, Rakuten melaporkan peningkatan pendapatan tahunan sebesar 15,2% dengan total pendapatan sebesar $13,8 miliar. Nilai pasar Rakuten diperkirakan mencapai $16,5 miliar.

Asia Selatan

India juga mencatat pertumbuhan di sektor e-commerce. Flipkart merupakan salah satu situs e-commerce yang saat ini sedang berkembang pesat di India. Didirikan pada tahun 2007 oleh Sachin Bansal dan Binny Bansal-keduanya adalah mantan karyawan Amazon-, Flipkart awalnya fokus pada penjualan buku secara online.

Flipkart dikenal dengan akuisisi dan kemitraannya, karena perusahaan terus naik kelas untuk bersaing dengan pemain lain di industri e-commerce. Flipkart telah mengakuisisi penyedia konten digital Mime360, peritel fesyen Myntra dan Jabong, peritel elektronik online Letsbuy, dan Appiterate, perusahaan otomatisasi pemasaran seluler yang berbasis di Delhi. Flipkart membeli saham minoritas di penyedia pemetaan digital MapmyIndia pada 2015 dan berinvestasi $2 juta di TinyStep pada 2017.

Pada 2020, Flipkart membeli 100% saham di perusahaan rintisan di segmen augmented reality, Scapic. Pada 2019, Flipkart bermitra dengan Authentic Brands untuk melisensi dan mendistribusikan Nautica di India. Saat ini, Flipkart memimpin kancah e-commerce India dengan pangsa pasar 39,5%. 

Pada 2018, raksasa ritel AS Walmart Inc mengakuisisi 77% saham di Flipkart seharga $16 miliar, yang dikenal sebagai akuisisi terbesar di India. Pada 12 Juli, Flipkart mengumumkan bahwa perusahaan telah mengumpulkan pendanaan $3,6 miliar dengan valuasi post-money sebesar $37,6 miliar. Ini diyakini sebagai putaran pra-IPO Flipkart. Perusahaan berencana melantai di bursa awal tahun depan.


Artikel terkait


Berita