Bagaimana Bartega bertahan dengan ketangkasan dan kolaborasi

Read in English

Foto: (kiri ke kanan) Benson Putra, Jazz Pratama, Nadia Daniella

Foto: (kiri ke kanan) Benson Putra, Jazz Pratama, Nadia Daniella

Ada sebuah miskonsepsi yang sudah terlanjur mendarah daging di masyarakat, yaitu kreativitas artinya bisa menggambar. Faktanya, kreativitas tidak hanya sebatas kemampuan menggambar. “Seseorang bisa menjadi kreatif tapi tidak bisa melukis,” kata salah satu pendiri Bartega, Benson Putra. Terlebih lagi, kemampuan menggambar atau melukis bisa diajarkan.

Para pendiri Bartega adalah bukti nyatanya. Didirikan pada tahun 2017 oleh Jazz Pratama, Nadia Daniella, dan Benson Putra, Bartega (@bartega.studio) menghadirkan pengalaman belajar yang menyenangkan dengan menambahkan anggur ke kelas melukis. Tak seorang pun dari para pendirinya datang dari latar belakang seni.

Ide mereka hanya ingin menciptakan kegiatan untuk orang-orang yang ingin lebih produktif pada akhir pekan saat berkumpul dengan teman. “Ketika saya masih kecil, saya ingat berkunjung ke mal [di waktu luang]. Andai kegiatan seperti Bartega sudah ada dari dulu. Kita diajarkan untuk mengonsumsi, bukan menciptakan,” kata Nadia, yang mengurus keuangan Bartega.

2017 adalah tahun di mana pengalaman, baik daring maupun luring, menjadi kata kunci. Ada transisi dari membeli barang ke mengumpulkan pengalaman. “Orang-orang mulai memanjakan diri dengan pengalaman ketimbang membeli barang,” ucap Benson.

Salah satu pengalaman yang populer adalah mengunjungi pameran seni. “Mereka tahu tempat untuk membeli dan menikmati seni. Mereka jarang mendapatkan kesempatan untuk menjadi seniman. Kita (Bartega) memberikan orang-orang kesempatan untuk menjadi seniman, mencoba hal baru, membuat kesalahan dengan seni, dan menjadi kreatif,” jelas Benson.

Dari kelas melukis mingguan, Bartega memperluas layanan yang ditawarkan ke acara melukis untuk perusahaan dan membuat perlengkapan lukis. Bartega juga bekerjasama dengan seniman-seniman terkenal seperti Kathrin Honesta, Darbotz, dan Imelda Adams untuk menjadi pengajar di kelas-kelas seninya.



Kolaborasi ini menyatukan komunitas seni dan mendukung seniman di situasi yang menantang seperti COVID-19. Bartega baru-baru ini mengadakan kegiatan daring dengan galeri seni Ruci Art Space. “Sejak pandemi, mereka (Ruci Art Space) tidak memiliki platform daring untuk menunjukkan karya seni dan proyek yang sedang berlangsung. Kita berkolaborasi dengan seniman profesional dari Ruci,” sebut Jazz yang mengepalai bagian pemasaran Bartega.

Menurut Jazz, para seniman butuh wadah untuk menyampaikan pesan secara efektif kepada peserta dalam jumlah besar. Kelas lukis pun berubah menjadi webinar dengan aspek sosial yang dinamai ‘Artist Series.’ Melalui serial tersebut, para peserta diberi kesempatan untuk mendengarkan cerita dan perspektif seniman mengenai karya mereka.

“Setiap seniman memiliki gaya, karya, dan karakteristik yang berbeda. Para peserta yang mengikuti kelas lukis daring akan mendapatkan pengalaman dan hasil yang berbeda [dari setiap seniman]. Sebelum pandemi, pindah-pindah lokasi untuk setiap acara sungguh menyenangkan. Akan tetapi, pengetahuan dan pengalamannya hampir sama pada setiap acara,” tutur Benson.

Pandemi juga mendorong tim Bartega untuk menjadi tangkas dan lebih perhatian kepada pesertanya. Ketika pembatasan sosial berskala besar pertama diumumkan, mereka harus memindahkan lokasi kantor dan mengalihkan seluruh acara ke ranah daring.

Meskipun aktivitas bisnis diarahkan ke tutorial gratis di Instagram live, webinar berbayar di Zoom, peralatan lukis, dan pernak pernik, Bartega berhasil menciptakan cara inovatif untuk berkomunikasi dan terlibat dengan pengikutnya di media sosial. Mereka juga memberikan tutorial mixed media selain lukisan dan ilustrasi.

Salah satu keuntungan dari sesi daring adalah koneksi yang dibangun Bartega dengan pengikutnya. “Ketika ada 20 sampai 30 orang di satu acara, pengajarnya tidak bisa memerhatikan kebutuhan semua orang. Saat ini, [kelas] terasa lebih personal ketimbang sebelum pandemi. Hal itu membantu kita untuk mengerti mengapa orang-orang suka terlibat dengan kita dan apa yang dibutuhkan mereka dari kita untuk mengembangkan diri mereka.”

“Ada peserta yang mengalami kejadian malang selama pandemi. Mereka mencoba mencari cara untuk menghadapi kejadian tersebut pada situasi sulit sekarang ini. Kita melihat banyak tren kesehatan semakin populer ketika pandemi.”

Melukis merupakan salah satunya, karena orang-orang menghabiskan lebih banyak waktu dengan diri mereka sendiri melalui aktivitas melukis dalam menghadapi situasi yang sulit.

Para pendiri Bartega perlahan membangun komunitas yang erat dengan peserta. Menurut Nadia, hubungan mereka dengan beberapa peserta sekarang menjadi seperti teman. Berkah terselubung lainnya dari kelas daring adalah jangkauan. Bartega sekarang memiliki peserta dari Singapura, Australia, dan Amerika Serikat. Dulunya, acara offline hanya sebatas Jakarta, Surabaya, dan Bali.

Berkaca dari situasi sekarang di mana perubahan bisa terjadi setiap minggu dan tidak ada hal yang pasti, ditambah dengan kompetisi yang semakin ketat, para pendiri Bartega setuju bahwa ketangkasan wajib diterapkan di perusahaan ke depannya.

“Kita ingin menunjukkan kepada orang-orang bahwa sebagai orang kreatif, kamu harus selalu berubah, keluar dari zona nyaman. Kalau tidak, kamu akan dilupakan. Banyak kesamaan yang saya temukan pada bisnis yang berhasil bertahan selama pandemi.”